Mohon tunggu...
SRIYATI SRIYATI
SRIYATI SRIYATI Mohon Tunggu... Guru - GURU

Hobby membaca, menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kompetensi Sosial Emosional (KSE)

9 Maret 2023   19:59 Diperbarui: 9 Maret 2023   20:10 2393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2

KOMPETENSI SOSIAL EMOSIONAL

Berasaskan filosofi among Ki Hadjar Dewantara: Ing Ngarso Sung Tulada (menjadi teladan, memimpin, contoh kebajikan, patut ditiru atau baik untuk dicontoh oleh orang lain perbuatan-kelakuan-sifat dan lainlainnya), Ing Madya Mangun Karsa (memberdayakan, menyemangati, membuat orang lain memiliki kekuatan, kemampuan, tenaga, akal, cara, dan sebagainya demi memperbaiki kualitas diri mereka), serta Tut Wuri Handayani (mempengaruhi, memelihara, dan memprovokasi kebajikan serta kualitas positif lain agar orang lain bertumbuh dan maju). Guru diharapkan mengadopsi kerangka berpikir inkuiri-apresiatif dalam memimpin perubahan sehingga lugas dalam mengemas pertanyaan-pertanyaan pemantik dialog yang mengungkap potensi, kekuatan atau aset individu maupun sekolah demi pencapaian visi bersama. Inkuiri-apresiatif juga dapat menjadi alat bantu dalam proses mengelola perubahan yang secara lebih mendetail akan dibahas tahapan-tahapannya (BAGJA).

Dengan menjalankan prinsip among Ki Hadjar Dewantara dan pola pikir inkuiri apresiatif diharapkan Guru mampu menjalankan peran-perannya. Menjadi pemimpin pembelajaran juga berarti menjadi pemimpin yang menaruh perhatian penuh secara sengaja pada komponen pembelajaran, seperti kurikulum (intra, ekstra, dan ko-kurikuler), proses belajar-mengajar, refleksi dan asesmen yang otentik dan efektif, pengembangan guru, pemberdayaan dan pelibatan komunitas yang kesemuanya mendorong terwujudnya wellbeing dalam ekosistem pendidikan di sekolah.

Wellbeing adalah kondisi nyaman sehat bahagia atau adanya kesejahteraan psikologis atau kesejahteraan emosional. Dalam kehidupan sehari-hari wellbeing merupakan kondisi seseorang saat bersikap positif baik terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat mengambil keputusan, mengatur tingkah lakunya, memenuhi kebutuhan diri, mengeksplorasi dan mengembangkan diri demi meraih tujuan hidup sehingga membuat hidup lebih bermakna.
Wellbeing yang dimaksud disini adalah semua yang terkait dengan kondisi yang berpihak
pada murid. Kondisi belajar yang nyaman, kebutuhan murid terpenuhi, lingkungan belajar yang berpihak pada kebutuhan belajar murid.

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional agar dapat:

  1. Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)
  2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
  3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
  5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa dalam proses pembelajaran, siswa perlu memiliki kompetensi sosial dan emosional, sehingga sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, kondisi fisik dan mental siswa perlu disiapkan terlebih dahulu, misalnya dengan membuat kondisi kelas tenang, siswa duduk di kursi masing-masing dengan posisi nyaman, meminta siswa untuk fokus, mengajak berdoa dengan khusyuk dan sikap sempurna. Persiapan fisik dan mental sangat mempengaruhi daya serap dan kenyamanan siswa dalam pembelajaran.

Setelah mempelajari modul ini, Saya menyadari banyak sekali kompetensi sosial emosional yang perlu dikuatkan pada diri siswa. Penguatan 5 kompetensi sosial emosional (KSE), kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. Saya sebagai guru yang mengajar di SMP, siswa berada pada masa wiraga-wirama, anak mulai berkembang pikirannya. Maka, selain melanjutkan pendidikan untuk mengakomodasi kebutuhan perkembangan jasmani dan indera mereka yang belum usai, pendidik juga mulai fokus dalam menuntun proses berpikir anak agar mereka semakin selaras (seirama)
dengan sesamanya dan lingkungannya. Guru pada periode ini menuntun anak untuk
melakukan, membiasakan, menginsyafi, hingga akhirnya menyadari mengapa mereka
(misalnya) melakukan kebiasaan baik yang mereka lakukan di sekolah, bukan sekedar
menuruti/mengikuti suatu aturan/kebiasaan saja.

Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being), 3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah: seseorang tidak hanya perlu cerdas dalam pengetahuan, tetapi juga harus memiliki kecerdasan emosional, memiliki rasa empati, dan mempunyai rasa tanggung jawab.

Setelah mempelajari KSE, perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah:
a. Bagi murid-murid:

  • Menerapkan teknik STOP setiap pendahuluan pembelajaran, untuk mempersiapkan kondisi emosi siswa.
  • Mengajarkan teknik POOCH kepada siswa, untuk mengenalkan konsep pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
  • Meneruskan budaya 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun) untuk menumbuhkan kesadaran diri, manajemen diri, dan kesadaran sosial.
  • Melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler untuk menumbuh kembangkan kompetensi sosial emosional pada siswa.
  • Membangun kolaborasi dengan wali murid untuk mendukung perkembangan sosial emosional dan akademik siswa.
  • Menyusun keyakinan kelas.
  • Bagi rekan sejawat:
  • Membangun kolaborasi dalam menjalankan program sekolah untuk mengembangkan kompetensi sosial emosional.
  • Kolaborasi dengan rekan guru saat kegiatan belajar mengajar, untuk menumbuhkan kompetensi kesadaran diri, manajemen diri, dan keterampilan berelasi.
  • Memberikan apresiasi terhadap rekan sejawat secara verbal maupun non verbal atas perannya dalam kegiatan sekolah.
  • Meluangkan waktu untuk membangun kebersamaan, misalnya dengan kegiatan rekreasi atau makan bersama.

Perkembangan zaman yang menunjukkan penurunan karakter baik, semakin menyadari urgensi PSE, yaitu peningkatan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik. PSE memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal. Sehingga tugas pendidik menurut Ki Hajar Dewantara adalah penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya bisa terwujud.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun