Mohon tunggu...
Sri Yamini
Sri Yamini Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sembako dan Gaya Hidup Masyarakat

19 November 2017   12:55 Diperbarui: 19 November 2017   13:18 652
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
tangkapan layar kereta api

Pada hari Minggu,19 Nopember 2017 pukul 06.30 saya sedang menunggu ketera api jurusan Cibatu-Padalarang. Sambil duduk di belakang saya ada seorang ibu dan bapak sedang berbicara. Lalu saya menoleh kebelakang karena menayakan kepadaku. Lalu ibu yang menyapa kepadaku,Neng mau kemana ???Oh....ibu, saya mau pelatihan ke Cimindi. Hebat Neng masih mau pelatihan. Lalu yang bapak-bapak juga bertanya kepadaku, Neng...meni rajin dengan logan bahasa sunda. Oh...bapak, Ya pa, saya mau mencari ilmu. 

 Lalu  ibu tadi bercerita kepadaku tentang usinya yang sudah berusia 65 tahun tetapi masih sehat. Beliau bercerita tentang "SEMBAKO". Saya seorang pensiunan kata ibu tersebut. Waktu sedang menguruskan kartu keluarga karena di dalam kartu keluarga masih ada nama anak yang sudah menikah.Lalu petugas dari kelurahan bertanya kepada ibu tersebut, Bu sudah dapat sembako dari Pak RT/RW karena ibu dapat sembako dari pemerintah???Ibu tersebut bingung dan bertanya kepada petugas kelurahan, Kapan dibagikan sembakonya, kata petugas , pada hari .....Oh....kata ibu tersebut sambil bingung karena beliau tidak mendapatkan sembako tersebut.

Mendengarkan cerita ibu tersebut saya juga kaget karena saya  pernah mengalami hal yang aneh menurutku.  Pada suatu hari saya kedatangan istri Pak RT sambil membawa secarik kertas/seperti kartu. Ibu...ini ada jatah beras 10 kg nanti ibu ambil di kelurahan sambil membawa uang Rp 10.000.Saya sangat kaget sekali harus mengantri beras sebanak 10 kg. Lalu saya bertanya lagi,Mengapa saya dapat beras 10 kg memang ada acara apa ???Oh...itu ada kartu sembako dibagikan secara bergiliran. 

Saya tambah kaget.....Bu, mengapa kartu sembako dibagikan ....saya mampu membeli beras, sedangkan yang harus dapat beras sembako adalah orang tua jompo/lansia yang tidak punya penghasilan/ tidak ada yang mengurus oleh kelurganya, fakir dan miskin yang harus dapat sembako tersebut. Akhirnya saya mengambil kartu sembako tersebut dan memberikan kepada pengasuh anak saya yang sangat membutuhkan. Karena pengasuh anakku suaminya tidak bekerja.Jadi yang memberi makan anak-anaknya adalah pengasuh tersebut yang menjadi pengasuh anakku. 

Mendengar dan melihat kejadian tersebut saya merasa kasihan kepada orang-orang yang seharusnya mendapatkan sembako ternyata di lapangan masih ada yang tidak mendapatkan yang haknya. Saya merasa kasihan kepada orang-orang yang seharusnya mendapatkan sembako dari pemerintah ternyata di lapangan amanah tersebut tidak sampai. Saya mengusulkan kepada pemerintah untuk membagikan sembako/sumbangan harus langsung terjun ke lapangan jangan melalui RT/RW/Kelurahan/Kecamatan.

Bukan shuuzon tetapi banyak kejadian yang mendapatkan gratis seharusnya fakir dan miskin ternyata tidak menerima. Jadi kerabatnya petugas tersebut. Mohon maaf apabila tersinggung dengan tulisanku ini.Hanya sebagai manusia harus saling mengingatkan kalau ada perbuatan salah. Semoga tulisanku ada guna dan manfaatnya.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun