Mohon tunggu...
Sriyadi Purnomo
Sriyadi Purnomo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Direktur Koperasi Kareb - Ketua MPSI

Memberdayakan perekonomian masyarakat lewat Koperasi Kareb dan MPS

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Rabu Anti Galau, Persembahan untuk Pekerja Sigaret Kretek Tangan

7 April 2022   10:20 Diperbarui: 7 April 2022   10:23 899
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jangan bayangkan situasi pabrik yang bising dengan deru mesin, wajah-wajah tegas para supervisor yang sedang mengawasi line by line para para pekerjanya, atau wajah tegang penuh tekanan para pekerja yang merasa terbebani mengejar target. Gambaran situasi di atas tidak ada dan kami berusaha meniadakannya di Mitra Produksi Sigaret (MPS) Bojonegoro, Kapas, dan daerah lainnya. Kami, manajemen, meyakini dan mengamini bahwa bekerja harus dalam keadaan menyenangkan, rileks, sehingga produktivitas dapat tercapai.  Apalagi mengingat bahwa dalam produksi sigaret kretek tangan (SKT) dibutuhkan tingkat ketelitian, kerapian dan kecekatan sekaligus.

Setiap individu punya key performance indicator (KPI) yang langsung dapat diukur di saat bekerja. Ada target kuantitas dan kualitas yang harus dipenuhi oleh oleh pekerja secara individu maupun tim. Misalnya, di bagian penggilingan, pekerja dituntut untuk mengukur secara pas isi rokok, tidak boleh terlalu keras karena isi rokok tembakau terlalu padat dan cara mengayunkan tuas dari alat giling terlalu dalam. Berat rokok harus sesuai dengan standar, komposisi rokok tidak boleh terlalu padat atau terlalu sedikit. Kebersihan pun dipantau ketat, kertas sigaret tidak boleh kotor. Kertas sigaret jangan sampai berwarna kuning kecoklatan.

Dengan cara dan sistem kerja yang mengandalkan detail, ketelitian dan presisi tinggi, di situlah sangat penting mewujudkan suasana kerja yang aman, nyaman dan menyenangkan merupakan sebuah prioritas. Sebuah hal lumrah ketika memasuki gerbang kantor kami pada pagi hari pukul 07:30 WIB, Anda akan langsung mendengar senandung shalawat ataupun nyanyian yang dipandu oleh seorang leader. 

Para pekerja Sigaret Kretek Tangan (SKT) di MPS Bojonegoro yang didominasi oleh para perempuan ini, tampak bersemangat, riang dan langsung hapal mengikuti irama musik yang diputar. Aktivitas ini dilakukan setiap hari saat memulai pagi, baik dengan atau tanpa iringan musik, mereka bernyanyi di meja masing-masing.

Musik  diyakini mampu membangun suasana hati, membuat suasana kerja lebih semangat. Tempo musik pun mendorong dan memotivasi pekerja untuk lebih produktif. Spesial di hari Rabu, kami menamakannya anti galau. Kali ini kami memberi ruang, mempersilakan para pekerja memang ingin bernyanyi, bahkan berjoget untuk naik ke atas panggung. Ada microphone, ada sound yang siap mengiringi mereka. Bahkan tak jarang, jika lagu dan tarian yang diperagakan memancing para pekerja lain untuk nyawer. Suasana pun semakin mencair, seru, dan tambah semangat. Para leaders, supervisor, dan para penanggungjawab pun dapat bergabung bersama anak buahnya di atas panggung. Tak ada sekat ketat yang membuat satu sama lain merasa sungkan atau tertekan dalam bekerja.

Seluruh pekerja yang didominasi para perempuan ini adalah penopang penting, bagian dari big picture, industri hasil tembakau (IHT). Pekerja adalah unsur yang berharga dalam elemen IHT. Mereka bukan sekadar aset atau sumber daya untuk membuat sebuah industri bergerak. Mereka sejatinya adalah tiang perekonomian keluarga dan penggerak ekonomi daerah.

Kontribusi pekerja IHT tak bisa dinafikan begitu saja. Dan, sungguh menjadi sebuah kontradiksi mengingat kontribusi IHT terhadap perekonomian cukup besar, namun  tengah menghadapi perlambatan selama tiga tahun terakhir. Segmen industri yang paling besar mengalami perlambatan  justru dirasakan oleh segmen yang menyerap tenaga kerja lebih banyak, yaitu segmen Sigaret Kretek Tangan (SKT).

Jujur, saya kurang akrab dengan istilah seperti company culture, work life balance atau employee communication & engagement namun saya meyakini, tujuannya satu, memastikan para pekerja bekerja aman, nyaman, dan menyenangkan demi mewujudkan produktivitas maksimal. Prinsip dan tujuan ini yang sudah kami terapkan sejak lama MPS. Tak ada tawar menawar dalam memastikan  para pekerja dihargai sebagai sebuah individu yang merupakan bagian inti dari sebuah proses dan perjalanan IHT. Tidak melulu menekankan kewajiban namun juga memastikan bahwa hak-haknya terpenuhi. Hak untuk bekerja aman dan nyaman.

Bekerja dengan cara yang menyenangkan dan rileks, bukan soal beban. Karena sejatinya motivasi kerja dan kepuasan kerja tak terlepas dari bagaimana  komitmen dan perlakukan manajemen perusahaan terhadap pekerja. Manajemen harus konsisten merealisasikan prinsip bahwa bekerja dengan aman, nyaman dan menyenangkan adalah prioritas. Dan, Rabu Anti Galau adalah wujud komitmen dan konsistensi kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun