Mohon tunggu...
sri wulandari
sri wulandari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru sd

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesiaku Kau Begitu Mahal

31 Agustus 2022   03:10 Diperbarui: 31 Agustus 2022   03:13 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tema yang pertama kali akan ditulis benar - benar sangat manis, berbagai cerita sederhana dari berbagai  sudut pandang cerita. Cerita satu nya ini tentang si ica, si ica menceritakan pengalaman  saat menjadi seorang anak kecil. Kala itu ica  sedikit memutar waktu mengingat zaman dimana hanya zaman yang tidak akan pernah kembali, membuatnya teringat pada masa dahulu kala, zaman yang dimana  ica dan kenangan. Sebuah zaman yang tidak mengenal peradaban teknologi seperti sekarang, tidak mengenal gadget, tinggal di sebuah  kepulauan yang saat itu  hidup seperti suku pedalaman, listrik pun hanya hidup dimalam hari sampai jam 10- 12 malam, setelah itu mati lagi dan listrik akan menyala kembali sekitar azan subuh. Wah dapat dibayangkan bagaimana rasanya belajar saat listrik mati, apa yang ada dibenak kalian. Zaman dimana ica hanya mendengar siaran radio tempo dulu, tivi yang hidup dengan pasangan aki tidak seperti zaman tivi kabel sekarang ini. Berbicara tentang  lampu, yaitu memakai lampu jadul yang diisi dengan gas atau lebih dikenal dengan lampu petromak. Dialah cahaya yang menerangi  sepinya malam kepulauan sama seperti suku pedalaman.

                          "Harian kompas on twitter"

Budaya yang masih kental dipegang , kesopanan  tatakrama anak zaman tempo dulu sangat berbeda dengan zaman sekarang. Lebih- lebih lagi jenis makanan yang dimakan , jika kehidupan kalian tidak seperti kehidupan ica, semisal kalian hidup di sebuah desa dekat pegunungan dan pedesaan pola makan dan tradisinyapun jelas berbeda ,kebanyakan bergantung pada sayur sayuran lauk seadanya tinggal.memetik hasil kebun belakanh, tahu dan tempe jika ada bakul yang berjualan, bahkan lalapan dari olahan hasil kebun. Namun beda lagi dengan ica yang hidupnya disekelilingi lautan pola  dan tradisi makananpun berbeda pastinya, jelas identik dengan ikan, ikan segar dan sambal sedangkan tahu dan tempepun akan susah didapatkan.

Beda lagi dengan suku pedalaman, untuk pola konsumsi makanan jelas berbeda, kebanyakan berburu dihutan, dan bergantung dengan alam.

Indonesiapun beragam suku dan budaya. Tradisi kekentalan tiap daerah memang berbeda, jika kita urai satu- satu panjang lagi cerita,bentuk uraian dan penjabaran yang begitu sangat panjang.

Begitu hebatnya negeri indonesia ini, disegala sisi penuh warna, keindahan alam memiliki nilai eksotik serta ragam ke eksotikan lainnya.  Ceritanyapun tidak lekang dimakan zaman. Indonesiaku kau begitu mahal,kau begitu kaya, pantas negara maju memperebutkanmu menjadi negara jajahan, ditindas bahkan ingin dihancurkan.

 Namun sekarang namamu sudah dikenal dengan segala kemewahan alam yang ditawarkan, segala bentuk kekayaan lainnya tanpa harus disebutkan. 

 Si ica dan segala bentuk cerita lainnya bersama kehangatan alam, membuat kita harus bangga bahwa indonesia patut dijaga, patut  dipertahankan, merekapun masih menginginkan negara ini tapi bukan dalam bentuk maupun cara kekerasan   seperti zaman penjajahan, namun cara lembut yang mereka lakukan, cara mereka lebih indah elok nan rupawan cara cerdas sesuai perkembangan zaman, buatmu para penjaga  disetiap sudut kesatuan, Waspadalah.

 Jangan pernah ingin dijajah seperti keelokan yang ditawarkan, tetap berdiri tegap bersama kekuatan, jikapun kau tak kuat maka ajarkan generasi selanjutnya tentang cinta kesatuan, cinta NKRI,cinta produk indonesia ini dan sekolahkan mereka menjadi orang hebat agar mampu mengelola negara berkembang ini, jika bukan kita yang berjuang untuk masa depan nanti, lantas siapa lagi?mereka masih polos perlu petuah kusus dari orang yang lebih tua untuk mengenalkan keragaman negara, jika merek tidak memiliki petuah itu, mereka akan tetap ditindas lagi, sungguh sayang bukan karena kita akan semakin tua dan mati. Jika para penerus tetap sibuk dengan kesenangan mereka sendiri, lantas akan seperti apa indonesia tercinta ini.

Salah satu contoh kecil, sekarang ini anak pelosok negeri lebih lebih cinta game online, bukan sebagai  pencetus penemu teknologi permainan online yang edukatif, namun dirimu telah dijajah wahai generasi bangsaku menjadi pengguna setia, apakau tidak sadar bahwa kau telah dijajah, otak akalmu dikuras dengan permainan yang sangat memeras otak. Sedangkan jika kau sedikit ditanya siapa nama  para tokoh pejuangmu , jawabanmua akan beraham, merekapun akan saling bertatap tatapan menjawab semaunya dan tanpa beban, bahkan artis top pun kau anggap pahlawan  sungguh lucu bukan.

 Mari bersatu, bersama dan tanamkan rasa, bersatu kita teguh bercerai kita runtuh, NKRI harga mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun