Berdasarkan pengamatan pribadi dari saya, ada beberapa alasannya.
Pertama, anjuran untuk melakukan Physical Distancing mendapat respon pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pro dan kontra ini menjadi konflik yang tidak dapat dihindarkan.
Bagi yang pro dan berusaha legowo mengikuti anjuran pemerintah, mungkin tidak akan ada masalah dengan Physical Distancing.Â
Berbeda dengan yang kontra, pasti akan tetap melakukan rutinitas seperti biasa. Karena bagi orang-orang ini, sangat tidak masuk akal ketika harus berada di rumah saja.
Sebagai contoh, pengemudi ojol (ojek online) dan pedagang keliling. Apalagi mereka harus mencari nafkah untuk keluarga. Bila mereka tidak bekerja, maka ekonomi rumahtangga bakal terganggu bahkan terancam.
Kedua, salah satu bentuk Physical Distancing adalah untuk tetap tinggal diam di rumah. Sejak anjuran tersebut muncul, di beberapa media sosial lahir hashtag #diRumahAja atau #StayAtHome.
Hampir setiap hari ada saja keseharian yang dibagikan pengguna media sosial dengan hashtag tersebut. Per 15 April 2020, #DiRumahAja telah mencapai 5,4juta hashtag dan #StayAtHome telah mencapai 8,8juta,Dengan demikian, hashtag tersebut pun kini menjadi tren akibat pemberlakuan Physical Distancing di kalangan masyarakat.
Ketiga, Physical Distancing sebenarnya membawa dampak sangat besar bagi kehidupan sosial bermasyarakat. Hal ini dapat kita rasakan ketika pemerintah di berbagai negara, termasuk di Indonesia yang melakukan penutupan sementara pada rumah ibadah, sekolah, beberapa kantor, tempat hiburan, tempat usaha dan tempat lainnya sebagai bentuk pembatasan diri dari tempat ramai dan kerumunan massal.Â
Selain itu, ada beberapa kebiasaan-kebiasaan sopan santun yang dilarang untuk sementara waktu, seperti berjabat tangan, rangkulan persahabatan dan berkumpul langsung untuk berbagi suka dan duka dengan kerabat ataupun handai taulan.
Suka tidak suka, masyarakat yang terdampak, wajib melaksanakan amanat tersebut guna mengurangi penyebaran Covid 19.Â
Dari ketiga alasan ini, saya tertarik menelusuri lebih lanjut, apakah pemberlakuan Physical Distancing dapat menjadi suatu etika yang harus dilaksanakan atau malah melanggar etika yang ada di masyarakat saat Covid 19 masih mewabah. Karena saat ini Physical Distancing menjadi dilema bagi masyarakat di berbagai negara.