Mohon tunggu...
Rosa Sri Widiyati
Rosa Sri Widiyati Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswi

Stay unique, be different, and don't change your ways.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sebuah Refleksi tentang John Dewey

17 September 2021   21:17 Diperbarui: 17 September 2021   22:05 566
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

John Dewey seorang filsuf dan reformator pendidikan yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat pada awal dan pertengahan abad ke-20. Ia mengatakan bahwa pendidikan itu merupakan organisasi, rekontruksi, dan perubahan dari pengalaman hidup sendiri yang mana bersifat berkesinambungan mulai dari masa kanak-kanak, masa pemuda, dewasa, dan berhenti ketika seseorang tersebut meninggal dunia.

Pada setiap fase perkembangan, orang bertemu dan mendapat pengalaman bersama lingkungannya seperti orang tua, guru, teman, dan masyarakat. Di sinilah mereka belajar cara hidup bersama, pengalaman bersama dan komunikasi bersama. Pendidikan dapat dikatakan berhasil jika tercapai suatu kehidupan yang demokratis.

Pendidikan memegang peranan penting untuk mewujudkan kehidupan masyarakat yang demokratis. Melalui pendidikan, seseorang dilatih dan dipersiapkan untuk mampu menghadapi dunia yang semakin komplek. Salah satu hal yang terpenting dalam lingkungan pendidikan adalah kebebasan akademik. Sekolah harus mendorong dan memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk aktif berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, perancangan kegiatan dan pelaksanaan rencana tersebut.

Konsep pendidikan yang adaptif dan progresif ini dapat dilakukan dengan dua metode pengajaran yaitu Problem Solving Method dan Learning by Doing Method. Pada Problem Solving Method anak diberikan kebebasan dalam memecahkan masalah yang ada sesuai dengan kemampuannya. Sedangkan pada Learning by Doing Method dibekali dengan berbagai keahlian praktis, sesuai dengan kebutuhan masyarakat sosialnya.

Berdasarkan kedua metode tersebut, anak akan belajar mengenali masalah. Masalah tersebut akan dianalisa dan dihubungkan dengan konsep yang telah diketahuinya sehingga diperoleh beberapa alternatif pemecahan masalah. Dari alternatif pemecahan masalah, anak akan memilih yang terbaik dan mencoba untuk mempratekkannya, sehingga diperoleh jawaban atas permasalahan yang dihadapi oleh anak tersebut. 

Sebagai contoh, ketika anak belajar berenang, anak mendapat informasi gerakan kaki dan tangan apa yang harus dilakukan oleh anak di dalam air. Anak juga mengetahui beberapa alternatif gerakan yang dapat dilakukan supaya tetap terapung di air. Anak kemudian mencoba mempraktekkan secara langsung di air dengan mencoba menggerakan tangan dan kaki sesuai dengan konsep yang sudah diperolehnya. Setelah beberapa lama mencoba, anak menjadi mengerti gerakan kaki dan tangan bersama-sama seperti gunting bisa membuat anak terapung di dalam air. Anak sudah berhasil memecahkan masalah dengan menggunakan Learning by Doing Method.

Metode yang disampaikan oleh Dewey ini menarik untuk diaplikasikan ke dalam pendidikan. Anak menjadi mandiri dalam menyelesaikan masalah-masalah yang ditemui. Anak menjadi kreatif dalam memecahkan masalah. Anak tidak takut dalam menghadapi masalah. Anak justru semakin tertantang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Anak pun menjadi fleksibel, toleran dan terbuka terhadap perubahan. Dengan demikian akan terbentuk anak-anak generasi penerus yang berkualitas yang mampu beradaptasi dengan perkembangan jaman.

Di sisi lain, Dewey seakan-akan menyamaratakan kemampuan setiap siswa. Padahal kenyataannya setiap anak dilahirkan unik dan berbeda-beda kemampuannya. Tidak semua anak bisa belajar dengan Learning by Doing dan tidak semua materi cocok dilakukan dengan metode Learning by Doing. Apalagi dengan penekanan terhadap pendidikan individu yang mana tergantung pada minat dan spontanitas anak, maka menjadi tidak bertanggungjawab atas hasil yang dikerjakannya. Yang menjadi pokok utama bagi anak adalah merencanakan sesuai dengan minat dan keinginannya. Tujuan yang ingin dicapai oleh pembelajaran pun tergantung dari apa yang diminati oleh murid, sehingga hasil dari pembelajaran pun akan bervariasi.

Satu hal yang menarik adalah apakah teori yang dikemukakan oleh John Dewey ini cocok diterapkan di Indonesia yang mana setiap daerah dan sekolah mempunyai kesulitan yang berbeda-beda, begitu juga dengan adanya tuntutan ketuntasan materi serta masih banyaknya tugas-tugas administrasi guru yang harus diselesaikan setiap harinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun