Mohon tunggu...
Sausan Al Ward
Sausan Al Ward Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan MC

Suka Menulis, MC pemerintahan. Pernah menjadi Presenter di stasiun TV lokal. Meraih Juara II MC antar instansi Provinsi Riau (2014). Menjuarai beberapa lomba cerpen dan cerita anak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

7 Kebiasaan Sehari-hari ini Mengurangi Jejak Karbon

30 Juni 2023   23:21 Diperbarui: 1 Juli 2023   22:29 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Indonesia berada pada urutan kelima sebagai salah satu penyumbang emisi karbon terbesar di dunia (data.co.id). Hal senada juga terdapat pada laman Kompas.com mencatatkan analisa Carbon Brief akhir tahun 2021, urutan negara penghasil emisi terbesar CO2 terbanyak adalah Amerika Serikat (20,3 persen), China (11,4 persen), Rusia (6,9 persen), Brasil (4,5 persen), Indonesia (4,01 persen), Jerman (3,5 persen), Inggris (3 persen), Jepang (2,7 persen) dan Kanada (2,6 persen).

Sedangkan menurut World Resource Institute (WRI) 2020, pada tahun 2018 Indonesia berada pada urutan ke tujuh setelah China, Amerika Serikat, Uni Eropa, India, Rusia, Jepang, Brasil, Iran dan Kanada. Hanya dalam waktu beberapa tahun, Indonesia 'naik peringkat' sebagai negara yang banyak menyumbang emisi karbon.

Emisi karbon adalah gas yang dikeluarkan dari pembakaran senyawa yang menghasilkan karbon seperti CO2. Sedangkan jejak karbon adalah jumlah gas emisi dari berbagai aktivitas manusia pada kurun waktu tertentu yang berdampak buruk bagi alam seperti pemanasan global.

Melihat peningkatan emisi karbon yang dihasilkan Indonesia harus menjadi perhatian bersama, tidak cukup dari pihak berwenang, tetapi yang paling berperan adalah setiap pribadi harus memulai dari diri sendiri melalui sikap dan perilaku sehari-hari.

Indonesia sudah berupaya mencapai target Net Zero Emission (NZE) paling lambat tahun 2060. Berdasarkan siaran pers Kementerian ESDM nomor 271.Pers/04/SJI/2021 tanggal 11 Agustus 2021, pemerintah telah menetapkan beberapa langkah antara lain, pengembangan energi terbarukan (EBT) meliputi solar fotovoltaik, angin, biomassa, panas bumi, hidro, energi laut, hidrogen dan battery energy storage systems. Strategi yang dilakukan penerapan kompor listrik dan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB).

Upaya tersebut target pemerintah. Namun, setiap individu turut bertanggung jawab untuk melakukan pengurangan jejak karbon. Setiap kita adalah penyumbang karbon dari aktivitas sehari-hari. Jadi, setiap orang harus berkomitmen mengurangi emisi karbon.

Beberapa aktivitas sehari-hari yang membantu mengurangi jejak karbon adalah sebagai berikut:

  • Gunakan wadah isi ulang yang aman di pakai. Contoh, jika beraktivitas keluar rumah bawalah botol minum isi ulang. Bayangkan, jika seribu orang setiap hari membeli satu botol minum kemasan, sudah menghasilkan 1000 sampah plastik. Baru botol minum, bagaimana kemasan makanan lainnya? Bayangkan dalam seminggu, sebulan atau setahun berapa banyak kemasan yang dihasilkan menjadi sampah.
  • Gunakan wadah isi ulang yang aman di pakai. Contoh, jika beraktivitas keluar rumah bawalah botol minum isi ulang. Bayangkan, jika seribu orang setiap hari membeli satu botol minum kemasan, sudah menghasilkan 1000 sampah plastik. Baru botol minum, bagaimana kemasan makanan lainnya? Bayangkan dalam seminggu, sebulan atau setahun berapa banyak kemasan yang dihasilkan menjadi sampah.
  • Bijak menggunakan kendaraan. Jika satu keluarga memiliki beberapa mobil, cek kembali pemakaiannya. Seandainya satu kendaraan cukup mengantarkan beberapa anggota keluarga mengapa semua mobil harus keluar. Jika bepergian dengan jarak dekat usahakan berjalan kaki dibandingkan naik kendaraan. Begitu juga lokasi yang dituju, jika tersedia kendaraan umum, akan lebih baik menggunakan sarana tersebut. Ingat, semakin banyak perjalanan kendaraan akan meningkatkan pembakaran dan polusi. Berikutnya yang perlu diperhatikan adalah penggunaan bahan bakar kendaraan. Piilihlah bahan bakar yang ramah lingkungan. BBM ramah lingkungan memenuhi kriteria pada nilai oktan (research octane number/RON) minimal 91 untuk bensin dan cetane number  (CN) untuk diesel minimal 51. Premium memiliki nilai oktan 88, pertalite RON 90, pertamax sebesar 92 dan pertamax turbo sebesar 98. Sedangkan solar memiliki nilai CN 48, dexlite 51 dan pertadex 53. (pertamina.com). Beralih pada bahan bakar ramah lingkungan membantu pengurangan emisi.
  • Bijak dalam melakukan belanja online. Belanja online menghasilkan jejak karbon dari pengiriman paket, transportasi pesawat, mobil dan motor. Selain itu, terdapat beberapa sampah dari kemasan pengiriman berupa kardus, selotip, bungkus plastik, dan plastik gelembung (buble wrap). Laporan dari world wide fund for nature (WWF) tahun 2020, Indonesia adalah konsumen plastik terbanyak di Asia. Sampah plastik di Asia sekitar 17,1% dan mayoritas, atau 37% merupakan sampah plastik dalam bentuk karung pengiriman, tas belanja, dan selotip. Setelah menerima barang pembelian, pisahkan bagian yang bisa didaur ulang atau yang dapat digunakan kembali jangan dibuang sembarang tempat.
  • Bijak dalam penggunaan teknologi digital. Perkembangan dunia digital turut memberikan peningkatan emisi karbon. Berdasarkan data badan riset global, yaitu laporan Gartner mengatakan, berselancar dalam dunia maya selama setahun membutuhkan listrik sebesar 365 kWh (kilowhatt-hours) dan menghasilkan karbon dioksida setara dengan dihasilkan mobil tatkala bepergian sejauh 1.400 kilometer. Tiap melakukan pencarian tunggal di google menghasilkan 0,2 gram karbon ke udara, menonton video youtube 10 menit menghasilkan satu gram karbondioksida, dan mengecek newsfeed facebook selama setahun menyebabkan 269 gram karbon dioksida lepas. Dalam laporan Nature, dunia IT menyumbang dua persen total emisi gas rumah kaca terkait konsumsi listrik yang sangat besar. Sedangkan laporan Greenpeace menyatakan, kerja IT menghabiskan listrik sebesar 1,817 miliar kWh. (tirto.id). Memang aktivitas hari ini tidak bisa dihindari dari aktivitas digital, tetapi dapat meminimalisir penggunaan. Jika memang benar-benar perlu dilakukan, jika tidak kegiatan dapat diisi dengan aktivitas fisik. Hari ini aktivitas bermedia sosial bukan karena penting tetapi kebablasan. Contoh, dalam pertemuan keluarga yang seharusnya untuk bersama tetapi digunakan untuk dunia maya. Mengefektifkan kembali kebersamaan dengan keluarga selain mengurangi emisi karbon juga menjalin kebersamaan.
  • Target dari setiap keluarga, satu rumah memiliki minimal satu pohon. Pohon menghasilkan oksigen. Menanam mangga selain menghasilkan buah juga menghasilkan manfaat. Jika bisa menanam pohon lain akan lebih baik lagi. setidaknya mengimbangi emisi karbon yang dihasilkan satu rumah. Jika setiap rumah menerapkan ini, terbantu juga alam kita.
  •  Lakukan cek kalkulator karbon. Saat ini tersedia aplikasi yang dapat mengukur dan menghitung berapa banyak jejak karbon yang dihasilkan seseorang dari aktivitasnya sehari-hari yang disebut karbon kalkulator. Cari tahu berapa banyak CO2 yang dihasilkan pada JejakKanrbonku.id 

Emisi karbon tidak bisa dihilangkan karena aktivitas kita bergantung pada beragam kebutuhan yang menghasilkan karbon. Namun, penggunaannya bisa diatur dengan bijak sehingga dapat meminimalisir jejak karbon. Jika masing-masing individu melakukan hal-hal sederhana ini turut membantu menyelamatkan bumi dan terhindar dari dari berbagai bencana. Mari bersama bertekad dan berupaya, cintailah bumi karena ia akan dipakai lama untuk anak cucumu.

#jejakkarbonku.id

#iesr

#generasienergibersih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun