Pemerintah menyatakan bahwa syarat perjalanan domestik tidak lagi mewajibkan tes antigen dan PCR dengan hasil negatif bagi yang telah melakukan vaksin lengkap. Tentu saja hal ini menjadi berita gembira bagi seluruh masyarakat Indonesia. Ketika melonjaknya kasus covid-19, swab mutlak diperlukan. Namun, melihat situasi dan kondisi tren penurunan kasus covid-19 penghapusan swab adalah keputusan yang sangat tepat.
Masa pandemi masyarakat telah mengalami kekhawatiran panjang selama dua tahun. Ketika ingin mengalihkan kejenuhan terhambat pula dengan adanya persyaratan bepergian yang dianggap memberatkan.
Mengapa saya katakan memberatkan? Karena secara pribadi saya sendiri merasa kesulitan dan kerepotan ketika bertugas atau berlibur ke luar kota harus melaksanakan swab. Â Enggannya melakukan tes ini terkadang lebih memilih berdiam saja. Begitu juga pendapat beberapa orang yang merasa terpaksa harus melakukan pencolokan hidung dan tenggorokan. Meskipun biaya swab sudah ditanggung, tetap saja swab menjadi beban tersendiri. Apalagi bagi masyarakat umum tentu merasa lebih berat dengan bertambahnya biaya.
Secara pribadi, keputusan penghapusan swab sangat tepat. Bepergian harus melakukan swab  dianggap repot. Antara lain pertama adalah proses pengambilan swab yang terasa menyakitkan. Walaupun petugas yang melaksanakan swab sudah ahli, hidung adalah anggota tubuh yang lembut dan sensitif. Walaupun tampak sederhana, swab menyisakan perih.Â
Saya teringat dengan seorang teman  yang melakukan swab yang membuat mimisannya kambuh. suatu ketika ia merasa petugas yang mengambil saat itu menurutnya kurang nyaman sehingga lebih perih. Di sebuah lokasi saya harus geleng-geleng kepala yang melakukan pengambilan sampel siswa atau mahasiswa magang.
Kerepotan kedua karena adanya swab ini adalah ketakutan melakukan pemesanan tiket penerbangan jauh-jauh hari. Â Bagaimana jika sehari sebelum berangkat ternyata dinyatakan positif sedangkan biaya telah dikeluarkan. Jika menunggu hasil tes tentu saja harga telah merangkak jauh. Hal ini membuat enggan pelaku perjalanan bepergian.
Berikutnya adalah biaya yang bertambah. Meskipun biaya swab sudah diturunkan, tetap saja ada biaya yang dikeluarkan. Jika satu keluarga yang terdiri dari empat anggota ingin bepergian, masing-masing minimal melakukan dua kali tes, tentu harus mengalokasikan uang lebih. Lagi-lagi swab merepotkan.
Selanjutnya swab mengganggu kenyamanan dan kepercayaan. Pertama, kepercayaan masyarakat berkurang dan kecurigaan adanya anggapan swab hanyalah permainan bisnis. Padahal, swab bertujuan untuk mencegah penyebaran lebih lanjut. Namun, kepercayaan masyarakat telah runtuh dengan munculnya polemik bisnis PCR beberapa waktu lalu. Kedua, muncul ketidakpercayaan apakah pelaku perjalanan benar-benar melakukan swab, mengingat pernah ditemukannya hasil swab bodong dan pelaku ditangkap.
Selain itu, pengalaman saya beberapa kali berada di bandara, hasil swab tidak selalu diperiksa. Petugas lebih memeriksa KTP dan boarding. Terkadang jadi berpikir swab tidak perlu hanya untuk berjaga-jaga jika ditanya.
Dihapusnya syarat hasil swab antigen dan PCR merupakan langkah tepat dan kabar yang membahagiakan. Kemudian muncul keraguan apakah aman terhadap penyebaran virus yang belum usai? Melihat trend penurunan covid dan tetap menerapkan protokol kesehatan serta telah mengikuti program vaksin pemerintah kemudian menjaga kesehatan insyaAllah, semoga pandemi ini segera berakhir.