Kami memutuskan ke sebuah pantai yang sepi. Aceh banyak pantai yang bisa disinggahi. Keasrian alam begitu terasa. Hanya kami yang datang sebanyak 14 orang, semuanya berasal dari luar Banda Aceh, bersantai melepaskan rindu, menikmati kelapa muda. Ada warga yang menjual yang tinggal di tepi pantai.
Untuk salat zuhur kami berhenti di sebuah masjid. Ternyata masjid bersejarah, menyimpan cerita tsunami. Itulah masjid Rahmatullah (nanti akan ada bahasan khusus). Kami mampu merasakan jejak bencana yang mengiris hati. Terlihat bangunan asli yang retak masih dibiarkan sebagai saksi.Â
Berbagai foto-foto peristiwa terpampang di sana. Masjid ini salah satu masjid yang tetap berdiri usai tsunami. Padahal di sekelilingnya rebah tak bersisa.
Memasuki siang kami melanjutkan bermain di tepian pantai Ulele. Dari panitia makan siang yang biasanya prasmanan kali ini disediakan nasi kotak. Hal ini memudahkan kami membawa bekal untuk makan di tepian pantai Ulele. Suasana ini sedikit menghapus keresahan dan membenam rindu yang bergumul untuk berkumpul dengan keluarga saat hari raya.