Ketua Umum PDI-Perjuangan, Megawati Soekarno Putri pada pekan yang lalu menanggapi fenomena masyarakat yang rela antre demi mendapatkan minyak goreng akibat kelangkaan yang sempat terjadi pada sejumlah daerah di Indonesia.
Kemarin (28/03) PDIP menggelar aksi demo masak tanpa minyak goreng untuk menginisiasi masyarakat agar tidak terlalu bergantung pada minyak goreng dalam mengolah menu masakan.
Tidak ada yang salah dengan saran dan ide demo masak tanpa minyak yang dilakukan oleh bu Mega bersama PDIP. Hanya saja menurut pemahaman penulis, kurang tepat rasanya dan tidak solutif jika hanya sebatas demo masak tanpa ada jawaban masalah terhadap pelaku usaha yang memang jenis usahanya bergantung pada minyak goreng.
Kreativitas pelaku usaha tidak datang begitu saja, butuh waktu, tenaga dan pikiran serta money jika harus mengganti usahanya secara tiba-tiba.
Apalagi jika usahanya sudah memiliki pelanggan tetap dan keuntungan yang didapatkan sudah dapat mencukupi keperluan diri sendiri dan keluarganya.
Pola pikir bisa terbentuk dari banyak faktor seperti kebiasaan, pendidikan, pengalaman, cara hidup dari orang-orang sekitar atau dari buku yang dibaca.
Setiap pelaku usaha memiliki pola pikir yang berbeda dalam membentuk kreativitasnya, tidak bisa disamaratakan begitu saja. Mengganti ide jualan bukanlah semudah membalikan telapak tangan.
Mungkin Bu Mega bisa sedikit menyentil anggota dewan agar anggaran pengadaan gorden lebih baik diberikan pada pelaku usaha yang sedang kesulitan membeli minyak goreng akibat harganya yang melambung jauh.
Semoga saja dengan dana tersebut bisa digunakan untuk mengganti jenis usahanya ke yang lebih sehat seperti harapan bu Megawati.
Anggaran gorden DPR yang senilai milyaran itu, gunakanlah untuk membantu rakyat yang kebutuhannya lebih mendesak dibanding ganti gorden. Laundry aja dulu, atau beli sendiri lah. Masa iya, sekelas anggota dewan gak punya duit buat beli gorden.