Aduh "lagi dapet" nih, lagi "ada tamu", lagi "halangan", "palang merah", "datang bulan", "sedang M".
Kalimat-kalimat tersebut sudah tidak asing terdengar disekitar kita sebagai pengganti kata dari menstruasi atau haid.
Penyebutan istilah-istilah seperti itu seakan melegitimasi bahwa menstruasi adalah hal yang tabu untuk dibicarakan, sehingga banyak mitos yang berkembang dan dipercaya oleh masyarakat.
Salah satunya adalah menyebut darah yang keluar saat menstruasi sebagai "darah kotor".
Pada beberapa tradisi dan kepercayaan ada stigma bahwa perempuan yang tengah haid dipandang sebagai orang yang tidak suci sehingga harus diasingkan dan hidup di bawah batasan yang cukup ketat.
Mendengar istilah darah kotor sama dengan mengibaratkan menstruasi sebagai sesuatu yang menjijikkan. Bahkan sesuatu yang memalukan bagi wanita.
Hingga saat ini, masih banyak pemahaman yang menganggap bahwa darah haid sama dengan darah kotor. Karena terbiasa dengan istilah tersebut, makna darah kotor sering dijadikan pembenaran sebagai darah menstruasi.
Padahal anggapan tersebut tidaklah benar jika dilihat dari kacamata medis dan sains.
Secara fisiologis, wanita yang telah menstruasi sudah bisa bereproduksi dan menghasilkan generasi baru.
Seorang wanita pasti akan mengalami menstruasi setidaknya sekali dalam setiap bulannya dan itu adalah hal yang normal.