1. Apakah Belva ingin menjaga nama baik diri sendiri dan nama baik pemerintah?
2. Apakah ia ingin menghindari konflik kepentingan?
3. Apakah karena sudah tidak nyaman dengan lingkungan istana, termasuk dengan orang-orang didalamya?
4. Apakah ia tidak mampu menghadapi tekanan publik?
5. Apakah ia lebih nyaman menjadi CEO Ruangguru dibandingkan dengan jabatannya sebagai stafsus?
6. Apakah Belva merasa bahwa jabatannya sebagai stafsus hanya dimanfaatkan untuk memperkaya pihak tertentu?
7. Apakah ia merasa telah melakukan penyalahgunaan jabatan sehingga memutuskan untuk mundur agar kesalahannya tidak berlanjut?
8. Apakah karena ada dorongan dari pihak lain?
9. Apakah Belva sudah mendapatkan keuntungan yang banyak dalam proyek prakerja, sehingga melepas jabatan stafsus tidak berpengaruh besar terhadap kehidupannya (ini asumsi yang banyak muncul dari publik).
10. Apakah ia Ingin menjadi "penyelamat" wajah pemerintah dari dugaan pemanfaatan kekuasaan demi kepentingan pribadi?
Dari ke -10 alasan tersebut, entah mana yang sesuai dengan isi kepala Belva, sesuai dengan judul artikel ini, saya hanya bisa menerka-nerka saja.
Tapi, saya sangat menyayangkan Belva mundur dalam kondisi seperti ini. Why?
Karena ia mundur disaat banyak komentar pedas terhadap dirinya yang menganggap ada konflik kepentingan dalam proyek triliunan tersebut. Padahal, ia sendiri sudah menyatakan bahwa ia tidak terlibat sama sekali dalam pemilihan rekanan atas proyek tersebut.
Hal ini membuat saya agak sedikit kecewa karena Belva terkesan "lepas tangan" dengan memilih mundur dari jabatan stafsus, saat proyek yang dianggap mengandung konflik kepentingan ini masih "abu-abu", yang pada akhirnya melahirkan tanda tanya besar, kenapa memilih mundur, namun rekanan prakerja tidak dilepas? Pilihan mundurnya pun terkesan tak berarti saat proyek masih terus berjalan. Ibarat kata, maju kena, mundur pun kena.
Saya sendiri sebenarnya tidak percaya kalau Belva berniat memperkaya diri dalam konflik kepentingan sebagai mitra pelaksana pelatihan prakerja, walaupun banyak yang beranggapan sebaliknya. Karena pada dasarnya , walaupun niat kita baik, tetapi waktu, kondisi dan tempat yang salah bisa menjadi penentu untuk menjalankan niat tersebut menjadi tidak baik.
Tapi saya salut atas keberaniannya untuk memilih mundur disaat ada asumsi publik yang mengarah pada konflik kepentingan dalam jabatannya sebagai stafsus. Hal ini memberi contoh yang baik kepada masyarakat dan pejabat-pejabat pemerintahan lainnya bahwa adanya indikasi konflik kepentingan itu tidak baik dijalankan dalam sistem pemerintahan.
Memilih untuk fokus menjadi CEO Ruangguru lebih"membaguskan" namanya dibandingkan menerima tuduhan konflik kepentingan atas terpilihnya Ruangguru sebagai pelaksana pelatihan prakerja, karena mengabdi untuk bangsa dan negara tidak harus berada didalam istana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H