Pengabdian ku pada dunia pendidikan di mulai sejak tahun 2013 setelah sekitar 10 tahun berkecimpung di dunia manufaktur di perusahaan Jepang. Keadaan yang memaksa untuk saya menunda segudang cita walaupun ada daya tapi tidak ada dana maka semuanya bisa menjadi sirna.Â
Anak pertama dari 5 bersaudara, ditambah lagi dengan profesi ayah dibelakang kemudi membuat ku mengubur mimpi. Berharap di tahun 2003 setelah lulus SMA bisa merasakan bangku kuliah seperti mereka yang berpunya. Tak apa aku ayunkan langkah sejalan dengan takdir yang Kuasa. Sampai pada akhirnya ku beranikan mendaftarkan kuliah setelah setahun bekerja.
Kuliah dan bekerja, aktivitas luar biasa yang harus dijalani dengan seimbang karena keduanya adalah prioritas. Disinilah segalanya dimulai, belajar kehidupan yang sesungguhnya. Belajar mengatur waktu, belajar mengatur keuangan, belajar interaksi dengan orang lain dengan berbagai kalangan. Dan pada saat ini pula aku mendapatkan jawabannya bahwa tidak ada yang namanya gagal, semua itu hanya tertunda.
Setelah 10 tahun bekerja, aku berhasil memiliki satu investasi berupa ijazah Diploma. Kondisi sebagai istri dan ibu tidak memungkinkan lagi untuk dibidang manufaktur yang mengharuskan saya berhenti. Dengan bermodal ijazah Diploma aku mulai lagi menyusun puzzle cita cita yaitu menjadi guru. Aku datangi salah satu sekolah madrasah terdekat, mengabdi selama 3 tahun. Ku putuskan untuk pindah karena dekat dengan orang tua. Seiring berajalan waktu dalam kurun waktu 11 tahun sudah 10 sekolah tempat saya mengabdi dari tingkat SD, MTS, SMA, SMK.Â
Berbekal pada pengalaman hal tertunda sebelumnya. Aku beranikan diri untuk melanjutkan Pascasarjana di tahun 2023. Jika kemarin ayahku yang bekerja dibalik kemudi, kini suami pun berprofesi sama. Tapi itu semua tidak menyurutkan langkah ku untuk terus up grade diri, mengerahui hal hal baru, berinteraksi dengan orang orang berwawasan dan berpandangan luas. Yang ku tahu dan kuyakini hanyalah bahwa Allah akan selalu bersama orang orang yang menuntut ilmu.Â
Menghadapi era digital dalam dunia pendidikan, maka aku pun harus terus up grade, harus terus belajar, harus berwawasan luas, harus paham teknologi, harus memiliki jiwa bijaksana. Dan semua hal itu hanya bisa ku dapatkan ketika aku terus belajar. Karena jika seorang tidak memiliki ilmu maka jika menjadi pemimpin yang lahir hanyalah perintah bukan sebuah kebijakan.Â
Alhamdulillah, puji syukur tak terhingga walaupun anak sopir dan istri seorang sopir tapi bisa merasakan bangku Pascasarjana. Masih berharap merasakan kursi Doktoral tapi entah dari mana jalannya. Ku percayakan pada takdir yang menuntun sambil ku pantaskan diri.
Teringat ucapan bapak dosen " Lanjutkan terus pendidikan mu dengan tujuan mengusir kebodohan, jika kamu mendapatkan dari ilmu tersebut maka anggap aja itu sebuah bonus"
Terus berpikir, terus berencana, terus berbuat, terus menerapkan, terus belajar, terus berbuat kebaikan untuk pendidikan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H