Mohon tunggu...
sri wahyuni
sri wahyuni Mohon Tunggu... Relawan - penulis

Terus berkarya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Melalui Kegiatan KKN, Mahasiswa UNTAG Menginisaisi Masjid untuk Ciptakan Iklim Belajar Mengaji Yang Menyenangkan dan Turut Menanamkan Nilai Moral dan Etika di Era Digitalisasi

24 Desember 2021   14:22 Diperbarui: 24 Desember 2021   17:56 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

LPPM Uniiversitas 17 Agustus kembali membuka KKN semester Genap tahun 2021/2022 dengan tema  KKN Indonesia Tangguh indonesia Tumbuh. Dalam tema tersebut terdapat empat topik yang bisa dipilih oleh peserta, yakni membangun desa, mengajar sekolah, proyeksi kemanusiaan dan kegiatan wirausaha.  Sebelum melaksanakan kegiatan KKN setiap peserta KKN wajib mengumpulan proposal KKN yang merupakan gambaran mengenai program kerja pada pelaksanaan kegiatan KKN yang akan ditempuh. Sesuai arahan dari LPPM Untag, Pelaksanaan KKN dilakukan secara individu di daerah tempat tinggal mahasiswa peserta KKN. Kegiataan KKN dibagi menjadi dua kategori, yakni KKN reguler dan KKN non reguler yang dikhususkan bagi mahasiswa pekerja. Pelaksanaan KKN non reguler dimulai lebih dulu dibanding KKN reguler, yakni pada 29 Oktober 2021. 

 

Sri Wahyuni merupakan salah satu mahasiswa prodi Ilmu Komunikasi yang melaksanakan KKN non reguler. Dia melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Masjid Al-Firdaus yang berlokasi di Jl. Pagesangan Lestari I A No.9 RT. 06 RW.02, Kel. Pagesangan, Kec. Jambangan, Surabaya. Sebagai peserta KKN dia mendapatkan temuan bahwa jumlah anak-anak yang mengaji di Masjid yang ada dikampungnya tidak konsisten serta kurangnya tenaga pengajar. Selain itu ada kekhawatiran orang tua kepada anak-anak pasca sekolah daring yang membuat anak-anak terbiasa dengan gadget. Anak-anak jarang bermain diluar sehingga berpotensi A sosial, kurangnya kepekaan terhadap lingkungan sosial (empati).

 

Mahasiswa yang kerap disapa Wahyuni tersebut berpendapat bahwa, dunia anak-anak adalah bermain, mereka eksploratif, suka mencari tau dan meniru apa yang dilihat dan didengarkan, sedangkan mereka belum bisa membedakan sendiri mana yang baik dan mana yang tidak baik untuk ditonton dan dicontoh, namun perkembangan tekhnologi seperti smart phone tidak bisa dihindari sehingga anak-anak perlu pendampingan dalam penggunaannya. Kemampuan anak untuk bersosialisasi/berinteraksi secara langsung harus diasah untuk menumbuhkan jiwa sosial dan empati yang tidak bisa didapat melalui smart phone. Jiwa sosial dan empati tidak hanya terbatas kepada interaksi dengan sesama manusia tetapi terhadap makhluk hidup yang lain seperti tumbuhan, binatang dan kepeduliannya terhadap lingkungan.

 

Sebagai akademisi ilmu komunikasi ia berupaya Mencari tahu faktor personal dan situasional yang mempengaruhi motivasi anak untuk belajar mengaji di Masjid Al-Firdaus. Menciptakan suasana nyaman dan  menyenangkan bagi anak-anak merupakan salah satu cara memotivasi anak-anak agar semangat dan konsisten untuk mengaji sebagaimana harus disiplin untuk bersekolah. Ia mengisi kegiatan KKN dengan permainan edukatif dan konvensioanal yang bisa dimainkan secara berkelompok, tujuannya menumbuhkan kedekatan emosianal dan juga menghindarkan anak-anak dari kecanduan gadget. Tak hanya itu ia memberikan chalanges pada peserta untuk berani melakukan story telling mengenai buku-buku yang telah dibaca dan menjawab kuis. Bagi peserta yang aktif dan disipilin,  mereka diberi reward berupa botol minum. Alasan hadiah botol minum juga sebagai upaya mengenalkan kepedulian anak-anak terhadap lingkungan dan mengurangi sampah plastik sekali pakai.  kegiatan tersebut dapat dikerjakan sebelum proses mengaji dimulai.

 

Dalam kegiatan pengabdian masyarakat tersebut, dia menginisiasi agar ruang serbaguna masjid tak sekedar untuk tempat anak belajar mengaji tapi juga sebagi tempat membentuk karakter (akhlak), menanamkan nilai moral (adab) karena dijumpai krisis moral pada generasi saat ini. Tantangan ini memang bukan hal yang mudah, semua harus bersinergi untuk menjaga moral dan meningkatkan kualitas pendidikan generasi penerus bangsa demi kemajuan Indonesia.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun