Agar sahur kita melembutkan hati, mempertajam bashirah, Â membaikan rezeki.
Bismillahi washolatu alaika salamullah adada bihilmila sholatanda ilmata nidawa bil mulkilahi.
Makan sahur itu katanya ibadah?, kapan bernilai ibadah?, ketika yang syariatnya makan sahur itu dapat memberikan konversi energi yang baik dengan sebaik baiknya hal yang dapat tersyukuri dengan baik.
Yang diberi asupan memang jasad, tetapi ruh kita juga makan, ini ranahnya privasi kedekatan hamba dengan yang menciptakan.
Jangan sampai, raga kita makan tapi sesungguhnya kita ndak berdikari dengan asupan rezeki tersebut. Mengingat manusia adalah pemimpin dan setiap pemimpin dimintai pertanggung jawaban. Pertanggung jawaban mengenal dirinya sehingga mengenal siapa penciptanya.
Rezeki memang dari Tuhan yang Maha Esa. Tetapi ingatlah sudah berapa banyak jasa jasa orang orang yang baik kepada kita, keluarga kita. Sehingga kita ndak mudah mengeluarkan banyak lisan atau fatwa fatwa yang memang kita sendiri masih sangat faqir didepan Tuhan yang maha Esa.
Btw ndak ada kenikmatan sahur yang lebih indah ketika makan kita disaksikan oleh ibu kita, ayah kita, guru guru kita terlebih lagi disaksikan Rasulullah S. A. W.
Ingin ku menyapa, ayah ibu ndak makan?, ndak nak itu untuk mu saja, lah lah lah..
Klo sudah gini ya abtar jadi nya..
Man ngarapa nafsahu faqod arafa rabbahu.. Sudahlah berhenti ceramah, teruskan saja ngaji dan mengkaji.
Seandainya kita mau jujur tanpa ada hasrat pasti masuk syurga kok meski ndak membawa agama sekalipun.
Gimana ndak batinnya la illa ha illaloh Muhammad Rasulullah al maliqul haqqul mubin tetapi lakunya sangat halus. Menyadari ndak setiap orang seberuntung kita. Dan yang mengadili kita juga bukan manusia. Namun kita perlu sahabat, keluarga yang baik yang setidaknya mengantarkan membantu mengubur kita kelak. Dengan ridho.