Mohon tunggu...
Sri Verawati
Sri Verawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa sastra indonesia,saya gemar membaca karya sastra dan membuat resensi

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Resensi Cerpen Desy Tirayoh

31 Mei 2022   22:19 Diperbarui: 31 Mei 2022   22:27 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Resensi Cerpen Hujan belum turun di Teluk Kao


Cerpen Hujan Belum Turun di Teluk Kao,Adalah salah satu cerpen yang ditulis oleh sastrawan Desy Tirayoh.Cerpen Hujan Belum turun di Teluk Kao,di terbitkan oleh  Media Indonesia,pada tahun 2015.
Cerpen Hujan Belum Turun di Teluk Kao,menceritakan tentang kisah sepasang anak kecil merawat kasih sayang, tanpa sekat suku dan agama, di saat orang-orang dewasa tersulut untuk perang yang sejatinya bukan karena perbedaan, tetapi karena lalai menjadi manusia berakal dan berhati, lantas menjelma domba-domba  yang mudah diadu.
Pengarang menggunakan Alur Campuran dalam cerita cerpen ini.Cerpen ini mengangkat tema sosial,terjadinya perang yang membuat Tatiana harus mengungsi di tempat asing baginya.Halmahera menjadi saksi bisu melayangnya nyawa orang-orang terkasih.
Desy Tirayoh didalam cerpennya Hujan Belum Turun di Teluk Kao juga menceritakan kisah sepasang anak yang tak menikamati masa kecilnya akibat perang yang terjadi.Pada masa kanak-kanak yang seharusnya menikmati masa yang begitu indah,namun pada nyatanya Tom dan Tatiana harus dihadapkan dengan keadaan dimana mereka harus berlari dan bersembunyi dari bunyi-bunyi tembakan dan panah.Dimasa kanak-kanak dimana seharusnya mereka mendengar suara tawa teman sebaya,suara tangis karena berebut mainan,namun kenyataan mereka dihadapkan dengan seruan senjata-senjata perang,suara penduduk desa yang mondar-mandir bertahan untuk hidup.

Cerpen Hujan Belum Turun di Teluk sangat cocok dibaca semua kalangan,makna yang tersirat didalam cerpen ini mengajarkan kita bahwa perang tidak akan menyelesaikan masalah, perang hanya akan  menimbulkan perpecahan.Selain itu juga,akan berdampak kepada anak-anak,mereka yang masih ingin menikmati masa kanak-kanak tetapi diperhadapkan dengan keadaan perang yang merenggut masa kecil mereka dan meninggalkan kesan trauma.

Dari cerpen ini kita diajarkan bahwa kita harus menghargai perbedaan,perbedaan tidak harus dijadikan sebagai sekat antar manusia.perbedaan suku,ras,agama bukan alasan yang tepat untuk  dijadikan alasan sebagai pemicu perang,sikap toleransi harus dijunjung tinggi agar bisa menjadi manusia yang memanusiakan manusia.

Adu domba yang dilakukan orang-orang yang memiliki kuasa,dengan membawa perbedaan menjadi masalah kehidupan sosial,para penguasa mengadu domba masyrakat sehingga terjadi perang antar masyarakat.Penguasa,yang sudah mengadu domba tidur enak  di kasur empuk,sedangkan masyarakat   yang menjadi korban adu domba dan saling membunuh satu sama lain.Sedangkan para penguasa pengadu duduk di kursi bertahta dan tidur di kasur yang empuk.
Tom adalah seorang laki-laki yang menjadi korban dari perang yang terjadi,seorang anak yang masih ingin menikmati masa kanak-kanak namun ia harus mati di sela tembakan panah dan kobaran api hingga hilang bersama asap-asap yang membungkus Halmahera.
Tatiana seorang anak perempuan yang menjadi sahabat Tom,Tatiana anak yang baik Ia menggap perbedaan adalah sebagai anugrah,bahwa tak semua manusia harus sama.Ia berhasil selamat dari perang yang terjadi,dan memikul kenangan pahit dihidupnya.
Tatiana kembali Ke Halmahera dengan membawa kembali kesedihan.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun