Pagi itu, mata saya tertarik oleh selembar sertifikat yang tergeletak di atas meja kerja. Ya, itu adalah sertifikat Diklat Kultur Jaringan Anggrek yang pernah saya ikuti setahun lalu. Entah bagaimana, lembar sertifikat itu membawa saya kembali ke hari-hari di mana ilmu baru dan semangat berkelindan di ruang kecil Sekretariat DPD PAI Jabar. Diklat ini dibimbing langsung oleh Bapak Kiki Hendarsyah, Ketua Perkumpulan Masyarakat Anggrek Jawa Barat (MAJA). Seorang pakar yang berdedikasi tinggi terhadap perkembangan dunia Anggrek Jawa Barat.
Diklat Kultur Jaringan Anggrek, yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Masyarakat Anggrek Jawa Barat (MAJA) yang bekerja sama dengan Dewan Pimpinan Daerah Perhimpunan Anggrek Indonesia (DPD PAI) Jawa Barat.
Diklat berlangsung dari 14 Januari hingga 25 Februari 2024 , Diselenggarakan di Sekretariat DPD PAI Jabar, yang juga merupakan nursery Rich Orchid di Jalan Cigadung Raya Tengah No. 16, Bandung. Acara ini mempertemukan 20 peserta dari berbagai kalangan: pemilik nursery, mahasiswa, akademisi, hingga ibu rumah tangga.
Struktur Pembelajaran
Diklat ini dirancang untuk memberikan peserta pemahaman menyeluruh tentang kultur jaringan Anggrek, dari pengenalan alat hingga perawatan pasca-tanam. Rangkaian materi dikemas dalam tujuh pertemuan, yang masing-masing diisi dengan pelajaran teknis, praktik langsung.
1. Pengenalan Alat, Bahan, dan Struktur Laboratorium
Pada sesi ini peserta dikenalkan dengan peralatan penting laboratorium kuljar sederhana seperti autoklaf—alat-alat yang menjadi penentu keberhasilan kultur jaringan.
2. Pengenalan Media dan Biji serta Pembuatan Stok Media
Memilih dan menyiapkan media kultur jaringan adalah seni tersendiri. Peserta belajar membuat larutan media, memahami komposisinya, dan mempersiapkan biji anggrek yang siap “dihidupkan”.
3. Persiapan : Pencucian, bungkus, tutup dakron dan sterilisasi Alat dan Bahan
Dalam langkah pertama ini, peserta diajarkan untuk mencuci peralatan dan biji dengan hati-hati, sebuah ritual penting untuk memastikan sterilisasi sempurna di tahap selanjutnya. Di sini, kami belajar bahwa keberhasilan kultur jaringan sangat bergantung pada tahap ini. Sebuah pelajaran terselip: “Kesucian awal adalah pondasi dari hasil akhir". 4.Pembuatan Media Sub Kultur I dan Penyemaian Biji
Sesi ini menjadi momen pertama bagi peserta untuk menyaksikan kehidupan kecil mulai tumbuh di media yang mereka siapkan sendiri.
5. Pembuatan Media Sub Kultur II dan III
Pada tahap ini, peserta mempelajari pergantian media ke Sub Kultur II dan III. Hal yang membedakan adalah penambahan bahan organik dalam media ini, seperti ekstrak pisang atau jagung. Komposisi bahan organik ini dirancang untuk memberikan nutrisi tambahan yang mendukung pertumbuhan Anggrek. Peserta tidak hanya diajarkan cara mencampurkan bahan organik ini ke dalam media kultur, tetapi juga bagaimana menyesuaikan konsentrasinya agar sesuai dengan kebutuhan spesifik tanaman. Langkah ini menunjukkan pentingnya kreativitas dan pemahaman mendalam terhadap nutrisi tanaman.
6. Sterilisasi Pasca Sub Kultur dan Penanaman Sub Kultur II
Teknik sterilisasi pasca sub kultur diajarkan dengan detail di sini, diikuti dengan praktik lanjutan untuk menanam bibit anggrek di media berikutnya. sterilisasi bukan hanya soal mematikan bakteri, tetapi menciptakan ruang aman bagi kehidupan baru.
7. Perawatan Alat, Media, dan Evaluasi Pasca Tanam
Peserta mengevaluasi hasil kerja mereka dan mempelajari cara merawat alat serta bahan untuk penggunaan jangka panjang.
Sebuah Pelajaran Tentang Kesabaran dan Cinta
Setiap langkah dalam diklat ini adalah sebuah Pelajaran. Sebuah biji kecil yang tak terlihat, dengan ketekunan dan cinta, dapat menjadi tanaman Anggrek yang memancarkan keindahan yang luar biasa.
Pada 5 Mei 2024, sertifikat hasil diklat ini dibagikan kepada para peserta diklat dalam acara Halal Bihalal PAI Jawa Barat. Dia adalah simbol dari sebuah perjalanan belajar yang penuh kesan dan makna. Saya berharap bahwa mereka yang terlibat dalam diklat ini akan terus melanjutkan misi pelestarian anggrek. Menjadikan Anggrek sebagai bagian dari identitas Indonesia yang terkenal hingga mancanegara. Dan bagi saya pribadi, sertifikat yang tergeletak di meja ini adalah pengingat, bahwa keindahan tidak pernah instan. Melainkan hasil dari cinta, ketekunan, dan dedikasi. Kultur jaringan Anggrek mengajarkan tentang kehidupan: bahwa setiap proses itu membutuhkan kesabaran, kehati-hatian, dan penghormatan pada hal-hal kecil yang sering luput dari perhatian kita.**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H