Mohon tunggu...
Sri Sutrianti
Sri Sutrianti Mohon Tunggu... Guru - Guru IPA SMP

tertarik belajar menulis sebagai upaya ekspresif terapi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Itu Ibuku

19 Juni 2024   08:00 Diperbarui: 19 Juni 2024   08:17 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Itu Ibuku

Di ruangan ini,  di sampingku tergolek wanita renta yang kuat dan tabah itu.
Wajahnya tenang dengan kerutan- kerutan  pengalaman yang telah dia pahat dalam hidupnya.
Dia tertidur pulas dengan helaannya yang lembut perlahan, 

seperti derak rusuknya ketika  tangis ditahan
Ada rasa yang menyesakkan dada, ada nyeri yang pedih di sini.

"Mengapa harus engkau yang dipanggil lebih dahulu, seharusnya aku yang dipanggilNya terlebih dahulu" 

katanya ketika itu. Ketika dia, kekasih hati,  meninggalkannya
Ada rasa yang menyesakkan dada, Ada   yang perih di sini

Disampingku, dalam pelukanku, telentang  wanita pemberani itu. 

Tubuhnya kurus dan lemah
Dia telah lewati berpuluh kota tanpa ayah dan ibu. 

Ayahnya mengangkat senjata entah dimana dan ibunya mati ditembak Gurkha.
Kini rambutnya telah menipis dan memutih, seperti kanvas yang tak diberi sapuan warna.

Dalam ruangan ini dinding-dinding menjadi berwarna kelam,  tapi kau taburkan warna biru dengan doa-doa  

di setiap sepertiga malam.
Kau lantunkan nyanyian kerinduan yang kau titipkan kepada Tuhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun