Itu Ibuku
Di ruangan ini, Â di sampingku tergolek wanita renta yang kuat dan tabah itu.
Wajahnya tenang dengan kerutan- kerutan  pengalaman yang telah dia pahat dalam hidupnya.
Dia tertidur pulas dengan helaannya yang lembut perlahan,Â
seperti derak rusuknya ketika  tangis ditahan
Ada rasa yang menyesakkan dada, ada nyeri yang pedih di sini.
"Mengapa harus engkau yang dipanggil lebih dahulu, seharusnya aku yang dipanggilNya terlebih dahulu"Â
katanya ketika itu. Ketika dia, kekasih hati, Â meninggalkannya
Ada rasa yang menyesakkan dada, Ada  yang perih di sini
Disampingku, dalam pelukanku, telentang  wanita pemberani itu.Â
Tubuhnya kurus dan lemah
Dia telah lewati berpuluh kota tanpa ayah dan ibu.Â
Ayahnya mengangkat senjata entah dimana dan ibunya mati ditembak Gurkha.
Kini rambutnya telah menipis dan memutih, seperti kanvas yang tak diberi sapuan warna.
Dalam ruangan ini dinding-dinding menjadi berwarna kelam, Â tapi kau taburkan warna biru dengan doa-doa Â
di setiap sepertiga malam.
Kau lantunkan nyanyian kerinduan yang kau titipkan kepada Tuhan