Mohon tunggu...
Sri Suratmi
Sri Suratmi Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Paradoks Indonesia, Sawah Kering Surplus Padi

14 Oktober 2018   13:29 Diperbarui: 15 Oktober 2018   02:04 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meme Komeng dan Adul

Klaim surplus produksi beras di masa paceklik, sama irasionalnya dengan klaim dukun pengganda uang yang hidupnya masih miskin. Sama-sama tidak masuk akal.

Kemarau panjang dan fenomena El Nino yang akan terjadi pada November 2018 sampai Maret 2019 nanti, tentu akan berdampak pada pertanian kita. Khususnya produksi beras dalam negeri. Padi di sawah butuh banyak air untuk tumbuh. Bila hujan jarang turun dan air susah, lantas darimana air untuk mengairi sawah?

Apalagi belakangan ini banyak terjadi bencana, baik itu gempa bumi atau banjir bandang. Pasti banyak wilayah sawah yang ikut hancur karena bencana. Contohnya Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara Barat sebagai lumbung padi yang setidaknya biasa menghasilkan tiga juta ton tiap tahunnya.

Tidak perlu jadi pakar atau akademisi pertanian untuk bisa meragukan klaim produksi tahun ini bisa berlebih. Jangankan surplus, bisa normal pun sudah syukur alhamdulillah.

Musim kemarau ini juga membuat beberapa tempat di pulau Jawa mengalami paceklik. Padahal lebih dari setengah produksi beras nasional berasal dari Jawa.

Tapi entah kenapa, Kementerian Pertanian masih percaya bahwa produksi beras kita tahun ini bakal surplus sampai 12 juta ton.

Mungkin orang Kementerian Pertanian belum lihat data kekeringan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). InaRisk BNPB menyebutkan bahwa risiko kekeringan di Indonesia mencapai 11,77 juta hektare tiap tahunnya. Di mana kekeringan tersebut sangat mungkin menimpa 28 provinsi yang ada di Nusantara.

Sumber Berita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun