Mohon tunggu...
Sri Suratmi
Sri Suratmi Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pahitnya Gula Bulog

28 September 2018   19:40 Diperbarui: 28 September 2018   19:51 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dok. Pribadi

Ketika ramai-ramai polemik impor beras kemarin, sempat keluar curhatan terselubung dari mulut Budi Waseso selaku Direktur Utama (Dirut) Badan Urusan Logistik (Bulog).

Perusahaan yang ia pimpin boncos, karena harus mengeluarkan biaya lebih untuk sewa gudang. Katanya, beras yang diimpor Bulog sudah terlalu banyak. Sehingga gudang Bulog tidak cukup menampung. Walhasil, mereka harus sewa gudang orang.

Sebagai perusahaan pelat merah dengan kategori perusahaan umum, Bulog memang tidak seharusnya mengeluhkan soal kerugian. Perum bertugas untuk memenuhi penugasan dari pemerintah. Tanpa harus memikirikan soal biaya.

Bulog bukan seperti BUMN berstatus Perseroan Terbatas (PT) semacam Pertamina atau Jasa Marga yang tidak disubsidi pemerintah. Alih-alih, dua perusahaan tadi malah harus mencari keuntungan.

"Itu memang sudah apa adanya itu, tapi jangan begitu.." kira-kira demikian orang tua kita biasa menasehati. Kalaupun memang Bulog harus mengerjakan tugas dari pemerintah, tapi mbok ya jangan dikerjai.

Dugaan Bulog dikerjai itu muncul karena ditemukan dokumen mengenai kewajiban Bulog membeli gula seharga Rp 9700 per kg dari PTPN. Padahal PTPN sendiri menawarkan penjualan dengan harga Rp 8500 per kg.

Ada perintah untuk Bulog, agar mereka membeli gula lebih mahal dari harga ditawarkan oleh penjualnya sendiri. Tak heran bila selisih harga itu bikin keuangan Bulog Boncos...

Oleh karena itu, kita boleh curiga, bahwa curhat Buwas soal sewa gudang untuk beras kemarin, adalah penyamaran dari maksud sebetulnya. Jangan kerjai Bulog dengan perintah pembelian yang lebih mahal.

Ternyata, gula Bulog memang tidak semanis itu bagi mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun