Mohon tunggu...
Sri Sundari
Sri Sundari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sebagai seorang pendidik saya ingin selalu berkembang dan berharap anak didik saya menjadi manusia yang beriman, berimtaq, dan beriptek, serta bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Toleransi Beragama di Penghujung Tahun

16 Desember 2024   21:02 Diperbarui: 16 Desember 2024   21:02 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Indonesia memiliki masyarakat dengan keberagamannya, momen menjelang akhir tahun menjadi waktu yang tepat untuk merefleksikan pentingnya toleransi antar umat beragama. Natal adalah momentum istimewa yang menghadirkan kesempatan untuk saling menghormati, memahami, dan menjalin kerukunan lintas keyakinan.

Toleransi bukan sekadar sikap membiarkan perbedaan, melainkan aktif menghargai dan memahami keyakinan yang berbeda. Toleransi (Tasamuh) merupakan perilaku menghargai pendirian orang lain menghargai bukan berarti membetulkan terlebih bersepakat mengikuti dan membenarkannya. Dalam hal beragama tidak dibenarkan toleransi dalam ranah keimanan dan ketuhanan, tata cara ibadah harus sesuai dengan ritual dan tempatnya masing masing. Toleransi merupakan salah satu indikator moderasi agama.

Al-Qur'an surat Al-Kafirun ayat 6: lakum diinukum walyadiin yang artinya " bagimu agamamu, dan bagiku agamaku". Ayat ini memberi pesan bahwa kita boleh berbeda, tapi harus saling menghormati. Perbedaan keyakinan juga tidak menjadi alasan untuk bermusuhan. Seperti juga dijelaskan dalam tafsir ayat yang mendukung berikut ini:

  • Ibnu Katsir: ayat ini menunjukkan penegasan bahwa setiap orang bertanggung jawab atas agamanya sendiri. Tidak ada paksaan dalam beragama (lihat juga QS Al-Baqarah: 256)
  • Al-Qurtubi: Ayat ini tidak menghalangi Muslim untuk hidup berdampingan secara damai dengan non-muslim, selama tidak ada permusuhan.
  • As-Sa'di: ini adalah seruan untuk saling menghormati dalam perbedaan.

Dengan memahami ayat ini, kita dapat menghormati non-muslim tanpa harus mengorbankan keimanan kita. Nabi Muhammad SAW tetap baik dan menghormati paman-pamannya yang berbeda keyakinan. Nabi Ibrahim AS juga mendoakan ayahnya meski berbeda keyakinan. Islam adalah tentang kasih sayang, bukan kebencian.

Para ulama sepakat bahwa ayat ini tidak hanya menegaskan toleransi, tetapi juga melarang kita memaksakan keyakinan kepada orang lain. Ayat ini adalah pedoman untuk hidup berdampingan. Walau kita berpegang pada keyakinan kita, tidak berarti kita harus menjauhi atau memutuskan hubungan dengan orang lain.

Toleransi beragama tidak hanya tampak pada sikap formal, tetapi tercermin dalam kehidupan sehari-hari. Di penghujung tahun ini, semangat kebersamaan ini terasa semakin bermakna. Ketika umat Kristiani mempersiapkan perayaan Natal, masyarakat dari berbagai agama turut menunjukkan solidaritas dan rasa saling mendukung. Mari kita sambut akhir tahun dengan semangat persaudaraan, saling menghormati, dan menguatkan ikatan kemanusiaan yang melampaui sekat-sekat perbedaan agama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun