Mohon tunggu...
Sri Sundari
Sri Sundari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dialog Oseng-oseng

11 Januari 2019   08:33 Diperbarui: 11 Januari 2019   08:51 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kalau tidak ada aku mana enak oseng-oseng ini," kata irisan tempe, sombong.


"Aku juga doong, lihat saja aku yang cantik ini. Manis dan renyah menghiasi," jagung muda menimpali.


"Eeh, tunggu dulu! Tanpa aku, di sini takkan semarak, takkan pedass ..." ujar cabe ijo, ngipasin mulut. Cabe merah hanya melengos.


"Memang wangi kelezatan ini dari mana?Kalian lupa? Dari aromaku bukan?" bawang merah ikut bicara sambil pura-pura periksa kuku-kukunya, sok kecakepan padahal yang benar-benar menyeruakkan wangi itu bawang putih yang kini sedang memijat kakinya.


"Sudahlah, jangan kalian selalu membanggakan diri. Aku saja yang selalu panjang walaupun sudah pendek biasa saja," kacang panjang sewot.


"Kawan-kawan, ada apa ini? kok saling membanggakan diri. Kita semua mempunya kelebihan masing-masing makanya dipilih di sini untuk menciptakan sesuatu yang beda, campuran rasa. Namun tiadalah arti kelebihan kalian kini, sebentar lagi juga kalian akan musnah, dikunyah ..." kata micin yang keberadaannya sekarang penyedap terselubung dalam diri bumbu racik oseng-oseng.


"Hihihii, ternyata kalian lucu ya kalau sudah bersama ...." tiba-tiba bubuk urea tertawa geli.


Semua terdiam, lalu celingukan mencari koki abal-abal yang tadi menyatukan mereka dalam wajan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun