RINDU PADA ZIKA DI PENDEMI COVID 19
Sri Sunarti
Tiga bulan sudah aku bertugas meninggalkan keluarga di masa Pendemi Covid 19. Antara rasa rindu pada keluarga dan  tanggung jawab kemanusiaan pada pasien yang terpapar Covid 19 di ruang isolasi. Berbalut APD lengkap terasa semakin tidak nyaman menyimpan rindu pada si kecil semata wayang yang empat hari lagi ulang tahunnya. Suasana perayaan ulang tahun tahun lalu  masih terbayang  di benakku. Perayaan yang sederhana bersama keluarga dengan ponakan mengunjungi yaysan yatim piatu
" Papi...Adek  beli mainan yang banyak ya ...kasihan , buat adik, teman , dan kakak di panti ini" wajah polosnya merajuk padaku.
" Iya Insyaa Allah, nanti papi, kasih uangnya , tapi biar mereka membeli sendiri . Nanti mereka membeli dengan pilihannya sendiri" kupeluk tubuh mungilnya, rasa haru mengelayut wajahku. Anak seusia dia sudah memiliki rasa empati yang cukup tinggi.
Terasa waktu berjalan begitu cepat, Alhamdulillah, beberapa pasien sembuh sudah mulai  pulang. Pagi ni saya dapat giliran off, setelah isolasi mandiri 14 hari , sehingga saya dapat pulang  sebentar menengok Zika , walaupun hanya berdiri di depan gerbang rumah.Semua demi kebaikan bersama,
" Mih..Papi besok pulang , tapi hanya menginti di gerbang rumah," suaraku terasa tersekat di tenggorokan menahan rasa sedih.
" Papih sudah transfer , tolong belikan hadiah baju dan mainan Superhero pada Zika secara online saja.
"Untuk ke Panti, transfer saja tidak usah berkunjung ke sana untuk tahun ini," terbayang wajah polos ceria anak --anak panti ketika kami berkunjung. Itulah percakapan tiga minggu yang lalu dengan istriku.
Pagi menjelang siang yang indah, kuparkir mobilku di seberang jalan. Perasaan rindu dan hati berdebar semakin tak dapat kukontrol. Akhirnya sampai juga di depan rumah setelah tiga bulan tidak bertemu dengan keluarga. Kulihat Zika berbalut tawa dan canda ceria di teras bersama istriku. Kukirim telpon istriku, kulihat dia menjawab dan tangan kanannya tidak melepaskan pegangan tangannya pada Zika.Â
Terlihat Zika meronta berusaha melepaskan pegangan tangan istriku. Istriku memberi pengertian pada Zika. Kulihat butiran bening menetes dari sudut mata istriku. Kulihat Zika mulai tenang dan memanggilku lirih.