Mohon tunggu...
Sri Sugiastuti
Sri Sugiastuti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang Pegiat Literasi Nusantara Pendiri PMA Literasi Istikamah, bersinergi dengan PGRI dan Guru di seluruh Nusantara yang memiliki passion Menulis dan pemerhati pendidikan di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Neraka di Pondok Mertua Indah

9 Juni 2024   05:09 Diperbarui: 9 Juni 2024   07:47 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Neraka di Pondok Mertua Indah/ Penti

 Oleh: Sri  Sugiastuti

 Awal menikah Aldi dan Rima sebenarnya sudah punya mimpi memiliki istana mungil yang dihiasi dengan kebahagiaan, harapan dan capaian-capaian yang sudah mereka rancang sebelumnya. Semua itu sirna. Perusahaan tempat Aldi bekerja bangkrut. Terpaksa mereka harus rela tinggal di pondok mertua indah. Aldi tipe seorang anak yang berbakti kepada orangtua.  

Setelah terkena PHK ia membantu usaha kecil- kecilan  milik orangtuanya. Sebagai istri yang patuh Rima pun mengikuti kemana sang suami membawanya. 6 tahun bukan waktu yang singkat untuk tetap bertahan sampai buah hati  mereka tumbuh menjadi bocah lucu dan cerdas. nisa si buah hati menjadi kesayangan seiisi rumah. 

Sebenarnya sejak awal tinggal di pondok mertua indah Rima tidak kerasan. Sifat ibu mertua Rima super bawel dan nyinyir. Sudah ribuan kali terucap ia mengusir Rima dengan alasan yang kurang masuk akal. Hal ini membuatnya depresi. Di mata sang mertua pekerjaan Rima tidak pernah beres. Terakhir ia diusir karena dituduh  membuang baju mertuanya ke tong sampah. "Uti jahat.  Aku yang buang baju Uti."  Mamaku orang baik! teriak Anisa. Mereka baru saja mengantar jenasah Rima ke pemakaman. Rima meninggal karena minum cairan pestisida. 6Soloraya, 08 06 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun