Oleh : Sri Sugiastuti
Bagaimana  perasaan Anda saat dituduh sebagai pengedar uang palsu? Pasti malu dan merasa dirugikan secara moral dan mental. Hal ini dialami Pak Kanjeng.
Bu Kanjeng yang mengikuti kronologi peristiwa itu senyam- senyum saja. Pasalnya Bu Kanjeng yakin bahwa perjuangan Pak Kanjeng meminta keadilan, sekaligus pembelajaran tidak akan berbuah manis.
Apakah Anda penasaran dengan kejadian ini? Jadi  tanggal 6 September 2022. Bu Kanjeng mencairkan tabungan Emasnya di Pegadaian cabang Sumber Solo. Pelayanan petugas sangat bagus, ramah dan cepat. Biasanya uang ditranfer masuk rekening nasabah.
Hal ini sangat nyaman dan aman.
Namun kali ini, petugas memberikan dalam bentuk Cash, alias uang tunai. Terpaksa diterima karena uang akan segera digunakan untuk membayar pesanan pintu  dan jendela. Bu Kanjeng minta dijadikan 2 amplop. Sebelumnya diminta untuk hitung ulang, tetapi alat hitung tidak ada. Pak Kanjeng pun menolak untuk menghitung uang 20 juta secara manual. Langsung uang diterima.
1 amplop untuk DP bayar pintu dan jendela. Yang 1 amplop dibawa ke ATM untuk setor tunai. Semua berjalan mulus. Tetapi ada 1 lembar uang seratus ribuan yang ditolak. Â Langsung uang itu diserahkan ke Pak Kanjeng.
"Untuk beli bensin saja Pak," ujar Bu Kanjeng. Uang itu  berpindah ke dompet Pak Kanjeng yang isinya tidak pernah ada lembaran merahnya.
Kejadian yang menghebohkan terjadi saat uang itu digunakan untuk beli bensin di SPBU ditolak. Â
"Pak ini uang palsu, Bapak dapat dari mana? " Cecar petugas SPBU. Uang itu Langsung  disobek. Uang palsu dan Pak Kanjeng difoto. Mau dilaporkan sebagai pengendar uang palsu. Tentu saja Pak Kanjeng marah campur malu.
"Siang ini juga saya harus ketemu petugas pegadaian yang memberi uang palsu. Saya mau minta ganti," Niat Pak Kanjeng sudah bulat. Bu Kanjeng tak bisa mencegah.