Anak Tunarungu adalah anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar yang disebabkan oleh kerusakan atau ketidakfungsian sebagian atau seluruh alat pendengaran sehingga mengalami hambatan perkembangan bahasanya. Tin Suharmini (2009:35) mengemukakan tunarungu dapat diartikan sebagai keadaan dari seorang individu yang mengalami kerusakan pada indera pendengaran sehingga menyebabkan tidak bisa menangkap berbagai rangsang suara, atau rangsang lain melalui pendengaran.
Kondisi anak tunarungu yang miskin dalam kosakata menyebabkan anak tunarungu dalam menafsirkan sesuatu secara negative atau salah sehingga menjadi tekanan pada emosinya yang dapat menghambat perkembangan pribadinya dengan penampilan sikap menutup diri, bertindak agresif atau malah ragu-ragu, sulit memahami kata-kata abstrak, sulit mengartkan kata-kata yang mengandung kiasan, mengalami gangguan bicara.
Pelajaran Bahasa Indonesia yang diperuntukkan bagi anak tunarungu terutama dalam keterampilan membaca  kalimat agar mereka bisa menuangkan untuk bisa berkomunikasi dengan teman ataupun masyarakat umum seperti tujuan kita dalam pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus secara luas yaitu Anak Berkebutuhan Khusus bisa terjun di masyarakat umum seperti layaknya anak normal bahkan bisa bekerja di suatu lembaga milik pemerintahm maupun swasta.
Dalam hal inilah pelajaran Bahasa Indonesia sangatlah penting bagi anak tuarungu. Pelajaran bahasa Indonsia memilki peran sentral dalam perkembangan intelektual, kematangan emosional dan social. Dengan bahasa anak bisa memahami buku-buku bacaan yang kaya akan ilmu pengetahuan.akan tetapi untuk memahami bahasa bagi Anak Tunarungu tidaklah mudah perlu ketekunan, kesabaran, keuletan, keseriusan baik dari guru maupun siswa sendiri.
Dari proses mengenal kata dengan makna sampai mampu mewujudkan dalam bentuk tulisan ada empat komponen keterampilan yang perlu dikuasai dalam kemampuan berbahasa. Empat komponen ketrampilan tersebut : 1) keterampilan menyimak (listening skills), 2) keterampilan berbicara (speaking skills), 3) keterampilan membaca (reading skills), 4) keterampilan menulis (writing skills).
Di dalam buku ini akan ditemukan  bagaimana MEDIA GAMBAR dapat mengoptimalkan  KEMAMPUAN MENULIS SISWA TUNA RUNGU. Berharap buku ini  bisa jadi referensi dan memotivasi para guru yang mengajar siswa berkebutuhan khusus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H