Kemarin saya berniat silaturami dengan seorang kawan lama yang mantan seorang pejabat dan kini hendak memulai bisnis baru di bidang busana. Maka dengan ditemani salah seorang sahabat kami pun berangkat dengan naik bis, karena saya pikir lebih baik daripada merepotkan orang lain untuk mengantar.
Pukul 9 pagi kami pun sudah janjian menuju ke terminal bis Kudus untuk selanjutnya dengan naik bis antarkota Kudus-Semarang kami menuju terminal bis Terboyo Semarang. Namun, rupanya banyak penumpang yang memilih turun sebelum masuk ke dalam terminal. Karena saya lihat sudah banyak kendaraan baik taksi maupun angkot yang siap mengantar sampai tujuan.Â
Karena tujuan kami ke Kota Kendal, saya tekadkan untuk masuk ke dalam terminal Terboyo dan berganti bis yang menuju Kendal di dalam terminal saja. Karena akan lebih aman, begitu pikir saya. Begitu bis masuk ke terminal, saya melihat ada yang aneh dan suasana yang lain di terminal Terboyo ini. Suasananya lengang. kotor, dan tidak terawat melimuti terminal yang cukup luas ini, berbeda jauh dari sekitar 15 tahunan yang lalu ketika saya masih sering bolak-balik Kudus - Semarang.
Sampai di pintu masuk terminal baru ada yang masuk 1 orang lagi penumpang, dan di trafic light menuju terminal ada 2 orang yang naik lagi, dan bis pun segera berangkat lewat tol. Baru sedikit perjalanan ada seseorang yangminta ongkos pada kami, "Kendal, Pak," kataku  "Rp60 ribu, Bu." "Haah, mahal amat!" "Pokoknya segitu, Bu," katanya. Daripada banyak berdebat, saya pun memberikan uang yang diminta. Sambil berpikir kenapa mahal amat, kan Semarang - Kendal jaraknya kurang lebih sama dengan Semarang - Kudus.Â
Tak lama kemudian yang minta ongkos ke saya turun, "Oh walaah, rupanya dia calo to..." karena tak lama berselang pak kondektur yang asli minta ongkos kepada penumpang lain dengan menggunakan tiket dan ongkos yang sesuai tarif. Tetapi kenapa sewaktu saya dimintai uang sama calo tadi, sopir bis dan kernetnya diam saja ya, padahal kami duduk bangku paling depan dan sopir dan kernet juga melihat sewaktu calo meminta uang dengan kasar tadi. Terus aku protes, "Pak... kenapa diam? Kan tadi lihat saya dimintai uang sama calo," protesku kepada sopir. "Memang hidup di jalan seperti itu, Bu." Enak saja sopir dan kernet menjawab.
Tapi baiklah... aku ikhlaskan saja, hanya pesanku kepada calon penumpang yang hendak bepergian dan masuk ke dalam terminal Terboyo Semarang, berhati-hatilah. Karena beberapa hari sebelumnya temanku yang hendak pergi ke Wonosobo juga dimintai uang sama calo 150.000.Â
Terus bagaimana sistem keamanan terminal Terboyo, jangankan mikir keamanan, lihatlah wajah terminal, begitu kotor, usang, dan sama sekali tak terawat dan suasana lengang yang tidak nyaman.Â
Sore harinya sepulang dari Kendal saya naik Bis BRT dan masuk ke dalam terminal terboyo lagi. Suasana lengang kotor dan bau sempat saya abadikan dengan HP dan anehnya hampir setengah jam kami di sana tak ada satu pun bis jurusan Kudus yang masuk. Berbeda dengan suasana 15 tahunan yang lalu, ketika bis masih berderet dan penumpang pun berjejal masuk.