Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Mengapa Saya Berkolaborasi Puisi

23 Oktober 2014   02:50 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:03 363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Adakah yang salah dengan puisi kolaborasiku..? itu pertanyaan yang selalu berkecamuk di dalam hati. Kenapa banyak sekali orang yang jadi merasa keki dan benci dengan kolaborasi puisi yang telah saya lakukan. Mengapa saya berkolaborasi Puisi ?

Kolaborasi puisi memang baru saya ketahui setelah saya mengikuti event di FC, karena sebelumnya saya tidak tahu bila puisi bisa dibuat secara kolaborasi. Dan di sekolah saya juga tidak pernah diajarkan tentang puisi kolaborasi ( seingat saya ). Dalam proses kreatif dalam menciptakan puisi, ide dapat diambil dari mana saja. ide itu kita tuangkan dengan kata-kata yang manis agar menjadi sebuah puisi. Karena menurut saya tidak bisa hanya serangkaian kata-kata disebut puisi bila tidak memenuhi unsur-unsur yang harus ada dalam sebuah Puisi.

Puisi merupakan susunan kata-kata indah dalam bait dan baris penuh makna. Berbeda dengan prosa yang lebih longgar dan berpanjang-panjang, puisi lebih padat dan ringkas. Dalam menulis puisi kita harus memilih kata-kata yang berkualitas yang dapat mewakili pikiran atau perasaan kita. Pemilihan kata menjadi simbol dan lambang atas aneka perasaan, pikiran dan pengalaman yang hendak kita ungkapkan.

Dalam menulis puisi kita harus bisa mengaudisi kata secara ketat, yang bisa menjadi simbolisasi atas aneka perasaan, pikiran dan pengalaman. Penuturan puisi yang tidak langsung menjadi simbolis agar kata-kata yang kita pilih tampil puitis, dan memiliki beraneka makna bagi pembaca.

Ada saat-saat yang tepat untuk menulis puisi, atau disebut moment puitis yang berasal dari kejadian, atau pengalaman yang amat personal. Karena suatu peristiwa bisa jadi moment puisi bagi Si A tapi tidak bagi si B, walaupun dalan suatu kejadian sama. Moment puistis ini tak bisa dipaksakan, karena moment puitis bisa timbul dari simpati, empati, dan akhirnya menjadi 'personalisasi'. Bila kita mengalami moment puitis, seluruh syaraf akan saling sokong-menyokong sehingga lahir puisi dari hati atau jiwa terdalam. Sehingga apa yang kita pikir dan kita rasa mengalir kuat ke dalam baris, bait, bahkan ke dalam setiap kata.

Keterlibatan jiwa dan raga membuat puisi terasa sebagai musik yang asyik. Kata-kata bersajak dengan permainan bunyi dan menghitung unsur bunyi pada kosa kata yang kita pilih.

Walaupun tak ada aturan yang pasti, bentuk puisi harus bisa memuat makna, isi dan pesan, sehingga menjadi puisi yang kuat dan bernyawa. Agar puisi terkesan hidup dan bernyawa, berikanlah judul yang tepat. Pilihlah kata yang berdaya agar puisi terkesan hidup. Kalau pada cerpen kita harus menentukan judul dahulu sebelum isinya, tetapi dalam puisi kita bisa menulis dulu isinya, baru kita cari judul yang pas. Peras otak dan perasaan agar mendapatkan kata-kata yang pas, hidup dan berdaya.

Terus apa kaitan penjelasan saya tentang puisi dengan pertanyaan mengapa saya berkolaborasi puisi  ?

Dalam menulis puisi, saya yang masih penulis pemula memerlukan sumber ide yang bisa menghasilkan moment puisi dengan tepat, pemilihan kata -kata dalam audisi kata akan lebih mudah saya dapatkan bila saya melakukan kolaborasi dalam berpuisi. Dalam berkolaborasi kita bisa saling mengisi dan menggali kemampuan bermain kata-kata untuk menghasilkan puisi.

Memang unsur subyektif selalu bisa bisa muncul dalam berinteraksi dalam pembuatan puisi, tapi syukurlah selama 8 bulan saya berkolaborasi puisi saya bisa memisahkan antara proses kreatif dan masalah pribadi, sehingga kalaupun pasangan saya merayu ataulah apapun namanya, saya bisa membentengi diri dengan menganggap itu sebagai gurauan saja. Karena pada kenyataannya saya tidak pernah disentuh, dirugikan secara fisik maupun materi, kalau soal hati syukurlah dari awal saya bisa membentengi diri, karena saya sudah mempunyai suami dan keluarga yang cukup bahagia, jadi hati saya tak bakal tersentuh dengan rayuan dan sanjungan. Sehingga suatu rayuan tidak akan menjadikan saya tersanjung atau terluka. Hati saya InsyaAllah telah terjaga oleh Kuasa-Nya. Karena dalam usia yang telah hampir seabad apalagi yang harus saya utamakan selain hanya beribadah dan Mencintai Tuhan dalam setiap langkah kehidupan saya. Kekuatiran seseorang pada saya yang sering berkolaborasi dengan kata-kata ...saya yang baru 2 hari berkolaborasi saja dirayu begitu apalagi yang sering diajak berkolaborasi seperti apa .....semoga kata-kata itu tidak mengandung shak wasangka tidak baik pada saya, karena bagaimana pun saya akan terus berusaha menjaga diri dan kehormatan saya sebagai wanita muslimah. Saya selalu minta perlindungan Tuhan agar terhindar dari perbuatan sia-sia dan apalagi sampai menjurus zina...Audhubillah himindalik.

Apakah bisa saya diumpamakan dengan dayang karena setahu saya dayang adalah setan penunggu suatu tempat. Apalagi bila yang menyebut saya bagai dayang itu mengaku wanita beriman, dan menyebut saudara seimannya sendiri sebagai dayang, pantaskah..??! Yang saya lakukan hanya sekedar berteman dan bersahabat pada teman kolaborasi saya. Walaupun dalam wujud nyata kami belum pernah bertemu, bersua, dan tidak selamanya selama saya online selalu berinbox ria dengan teman kolaborasi saya itu. Saya ingin banyak belajar dari banyak teman untuk bisa menulis yang baik jadi bukan hanya kepada teman kolaborasi saja saya sering berinbox. Semoga tak ternjadi shak wasangka lagi terhadap saya. Dengan tulisan saya ini semoga menjawab teka teki teman-teman tentang bagaimana saya,  Maaf bila ternyata saya salah memahami kata-kata yang saya baca.Terimakasih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun