Sebenarnya aku itu dulu orangnya gaptek dan males belajar untuk hal-hal yang baru. Temasuk ketika memasuki bangku kuliah pertengahan tahun 80an, Â teman-temanku pada berbondong-bondong mengikuti kursus komputer yang dulu aku anggap tak penting. Â
Maklumlah, sebagai  mahasiswa yang hidupnya pas-pasan di kost-kostsan, tidak punya uang lebih untuk mengikuti kursus komputer. Hingga kampus mengadakan program semua mahasiswa harus bisa komputer,  mahasiswa dari berbagai fakultas harus mengikuti kursus komputer gratis.
Di era tahun 90 saat memasuki dunia kerja, aku memang bukan di bagian yang berhubungan dengan komputer namun setiap hari aku melihat aktifitas kantor yang saat sore hari menjelang tutup harus membuat laporan ke kantor pusat di Jakarta.Â
Kala itu yang aku lihat, komputer  disambungkan dengan modem telpon, dengan suara yang cukup berisik. Naah, kata mas-masnya yang bagian komputer itu adalah sambungan internet. Oh..gitu ya kok suaranya berisik banget mungkin data yang dikirim lagi berlarian kali.... ( hahaha).
Saat internet mulai dipakai di kalangan lebih luas, aku tengah  berarada di pedalaman Kalimantan jauh dari keterkinian.Â
Banyak teman-teman  yang saat itu sudah mulai aktif internet dengan handphonenya. Aku masih tetap kudet karena  belum punya hanphone yang bisa terhubung dengan internet. Hingga teman-teman kuliah mengomporiku untuk beli handpone yang bisa untuk buka facebook, agar bisa ngerumpi bareng lagi.
Sekitar tahun 2010, aku baru punya handphone yang bisa dipakai untuk fb-an, senangnya hatiku saat pertama terhubung dengan fb, aku bisa terhubung dengan teman-teman lama. Hidupku jadi tak terasing lagi walau berada di pinggir hutan Kalimantan. Â Alhamdulillah meski sinyal tak selamanya bagus, namun internet telkomsel sudah bisa menyangkau pelosok Kalimantan saat itu.
Aku mulai mengenal Kompasiana dari artikel yang dishere di FB,  walaupun sebagai pembaca saja,  saat itu  aku berpikir alangkah senangnya kalau bisa ikut menulis disana. Tapi  aku hanya  mempunyai hp kecil, dan internet yang sangat terbatas. Ya sudah cukuplah jadi pembaca saja dulu.
Akhirnya kami pulang  ke Kudus tahun 2013, Internet semakin lancar. Aku mulai punya laptop baru jadi lebih leluasa mengakses dan mempelajari apa saja. Hingga membuat  akun untuk menulis di Kompasiana  berkat teman-teman di Fiksiana Community.
 Sambungan telpon rumah diganti sambungan internet Telkom  Indonesia.
Karena semakin banyaknya aktifitas melalui internet yang aku lakukan kebutuhan internet dengan kabel sudah tidak nyaman lagi, Â sering kali error dan terputus. Hingga akhirnya aku mengganti dengan Internetnya Indonesia, Â IndiHome.
 Banyak sekali manfaat  berinternet dan bermedia sosial  aku bisa mendapat cuan sendiri, cukup membayar abonemen Indihome setiap bulannya. Alhamdulillah, duniaku jadi nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H