Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Rumah Itu...

7 Desember 2020   09:24 Diperbarui: 7 Desember 2020   09:41 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1)

Rumah adalah wadah untuk menampung segala rasa, asa dan juga cinta
tempat kita pulang kala senja,
tempat ayah menyimpan madunya
tempat ibu membasuh malam dengan airmata
tempat anak-anak belajar tentang indahnya bunga sepatu kala senja
tempat menyembuhkan luka yang terembunyi dalam rongga dada
tempat menunggu senja sambil menyemai rindu dengan gulana

Tak ada alasan nyeri berada di wadahmu sendiri
berkumpul dengan anak bini yang selalu berseri itu bikin happy
di rumah,  ada seribu surga yang menanti kau singgahi
di rumah pun ada Bali, Taman Mini, Resto, Bioskop bahkan Tempat Suci
cobalah  sekali-kali berpetualang pada setiap jengkal sudut kaki
atau surfing menikmati deru ombak dan angin di kamar mandi
percayalah itu baru satu surga yang kau temui

Surga-surga yang lain biar kau cari sendiri, tak perlu kuajari
iya, hanya surga!
tentang neraka buang saja, atau simpan dalam lemari!
 jangan kau peduli

Bila kau masih merasa kurang lama ada di rumah
pecahkan cendelanya, congkel saja pintunya
atau kau runtuhkan dindingnya
hingga akhirnya kau akan berteriak
"Rumah adalah surga untuk semua"

2)
Tuhan, dulu aku pernah bermimpi punya rumah
tapi sama sekali tak pernah mengira aku tak betah di rumah
padahal dulu, aku rela pergi pagi pulang dini hari meninggalkan rumah
lantas apa yang aku inginkan tentang rumah
bila hanya simbol, hanya cerita mereka yang diam di rumah
tinggal di rumah sementara saja, aku mengeluh berkali-kali
buat apa rumah yang telah aku isi dengan separo gaji
untuk menikmatinya saja rasanya pedih menyayat hati

Saat harus  berdiam di rumah itu jangan berkecil hati
bukan cuma sehari, seminggu, namun berbulan-bulan, amboii sekali
apakah tak kau temukan juga ruh rumahmu
sehingga kau teriakkan kejenuhan, kebosanan, kemarahan bahkan sedih tak terperi
kau jebol dinding-dinding rumahmu
agar dunia bisa memandangmu lebih transparan
dengan menggantungkan perabotan, makanan, rasa bahkan ibadahmu pada laman-laman media sosial
Bukan lagi pada

Rumah

Karena sesungguhkan kau sudah pindahkan rumah

Pada gawaimu

Kudus, 07 Desember 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun