Pada awal berdirinya, Â Jenang Menara dikemas seperti lilin dengan bungkus plastik bertali kanan- kiri, namun sejak tahun1990 jenang Menara sudah berbentuk seperti dodol dengan bungkus plastik kecil-kecil tanpa tali, kemudian dimasukan dalam kemasan dos atau stoples, ada juga jenang refil tanpa tempat kemasan (setelah ditimbang dimasukkan dalam plastik biasa).
Namun menurut Mbak Siti Marzuqoh S.Ag putri dari ibu Hj. Maslikhah, varian jenang yang banyak digemari adalah jenang bertabur wijen dan jenang original tanpa rasa.Â
Varian rasa ini akan bertambah dan selalu dikembangkan, pada saat lebaran dan liburan akhir tahun akan diproduksi juga jenang ketan hitam, jenang kacang, jenang kelapa muda, jenang keju dan jenang lapis coklat. Harga jenang pun bervariasi tergantung rasa, mulai dari 32.000-42.000 per kilogram.
Kalau kita datang sendiri ke toko Jenang Menara di Kaliputu Kudus, kita bisa mencicipi jenang yang hendak kita beli terlebih dahulu. Karena disana tersedia jenang refil yang akan ditimbang lebih dahulu kalau kita membeli, baru kemudian dikemas dalam wadah.
Cara pemasaran Jenang Menara selain digelar di toko oleh-oleh milik Jenang Menara sendiri, juga dikirim ke berbagai daerah oleh para sales makanan dengan cara konsinyasi atau titip jual.
Sejak ibu Hj. Maslikhah meninggal pada tahun 2011, maka jenang Menara dikelola oleh putra-putri beliau secara bergantian 5 tahun sekali. Dengan syarat putra itu tidak mempunyai usaha yang sama, karena saat ini 2 putra beliau menggeluti bidang  usaha yang sama, dengan mendirikan perusahaan jenang sendiri.
Jenang Menara menghadapi Pandemi Covid -19
Adanya Covid-19 membawa dampak pada semua segi, termasuk pada UMKM yang menggerakkan usahanya tergantung dengan banyak hal. Perusahaan Jenang Menara adalah salah satu  UMKM yang kena dampak dari pandemi ini. Karena jenang adalah makanan yang dibeli pada saat orang wisata / berlibur sebagai oleh-oleh.
Adanya pandemi Covid-19 dan juga sesuai anjuran pemerintah untuk di rumah saja, otomatis tidak ada lagi orang berpergian dan berwisata. Pembeli jenang pun tidak ada. Otomatis produksi mandeg, karena tak ada pembelinya. Â Bahkan saat lebaran Idul Fitri yang biasanya ramai-ramainya orang mudik dan membawa oleh-oleh juga tak ada lagi.
Jenang Menara sempat berhenti berproduksi  selama 2 bulan, yaitu bulan Maret dan April. Sedangan bulan Mei, saat lebaran tiba mulai memproduksi kembali walaupun sedikit. Karena hanya memenuhi permintaan setempat, untuk berlebaran lokal saja.