Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mengenang Muria

10 Desember 2018   08:09 Diperbarui: 29 Desember 2018   23:29 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Muria, dokumen pribadi

Mengenang Muria, adalah mengenang Bapak
Yang  tak lelah  menggandengku, mengendongku  menapaki 950 anak tangga di  bukit terjal itu
"Kamulyan kuwi kudu digoleki, Nduk   Seperti menapaki anak tangga ini" kata bapak saat aku protes karena letih
diperkenalkan aku kecil, pada makam yang selalu padat penziarah
"Kalau sudah sampai di sini, tak ada keluh , karena sudah bertemu pepunden leluhurmu, Nduk !"
jalan terjal  hanya cara,  yang akan terobati dengan segarnya air  gentong dan  masam buah parijoto

Mengenang Muria, adalah mengenang  Bapak
 yang disaat liburan tiba, membawaku menginap  di desa Colo,  sampai seminggu
 kesederhanaan, ketangguhan dan kerja keras diperkenalkan padaku
mandi ke sumber air yang ada  jauh di bawah bukit, melawan dingin yang sering kandas
gigil, sunyi dan gelap  harus kita akrabi bila malam tiba
menikmati nasi dengan  kuluban, dan  peyek teri sudah luar biasa
"Kamu harus bisa, Nduk. Kuwi lelakon urip", tutur Bapak agar aku tetap semangat

Mengenang Muria, adalah mengenang Bapak
bila panen  tiba, lelah kaki kadang tak terasa, memandang kopi  yang merah merata
Alpukat, jeruk Pamelo , dan  gedang Byar  sepakat untuk diikat
daripada menanti harga cengkih yang kadang ringkih
"Syukuri wae ,Nduk. Kuwi rejeki yang sudah tertitah " biar aku tak lagi berkesah

Mengenang Muria, adalah mengenang Bapak
yang kini masih menyisakan hamparan ladang dengan seribu kenangan
mewariskan seorang ibu, yang sudah mulai sakit-sakitan
dan rasa sehat berkat pencak silat
Menziarahi  Mbah Sunan Muria dengan penuh hakekat
Dan taburan Al- Fathekah buat bapak dan semua kerabat yang sudah di akherat

Kudus, 10 Desember 2018

Salam hangat  selalu,

Dinda Pertiwi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun