Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sepatu Baru untuk Tian

11 Juni 2018   09:37 Diperbarui: 11 Juni 2018   09:50 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lonceng sekolah berbunyi, tanda kegiatan sekolah untuk tahun ajaran 2017/2018 telah berakhir. Besok pagi anak-anak tak perlu masuk sekolah lagi. Hanya orang tua mereka yang datang untuk mengambil raport.

Tian paling terakhir meninggalkan kelas. Karena sepatu yang dipakainya jebol, mengelupas bagian bawahnya, sehingga tak bisa dipakai lagi. Tian melepas sepatunya, dan terpaksa pulang nyeker, alias tanpa alas kaki untuk menghindari malu diolok-olok temannya Tian terpaksa memilih meninggalkan kelas paling akhir. Untunglah Tian bersepeda ke sekolah. Kalau tidak pasti kakinya akan kepanasan, berjalan di atas aspal yang panas siang ini. Jarak antara sekolah dan rumahnya lumayan jauh, hampir 1 km .

Sampai di rumah Tian tak mau memberitahukan perihal sepatunya yang jebol kepada emaknya. " Kasihan emak, toh sebentar lagi hari raya tiba", pikir Tian.  Karena biasanya kalau lebaran tiba Tian akan mendapat banyak wisit, asalkan rajin berkeliling berkunjung dari rumah ke rumah di kampungnya.

Tian dan sekelompok anak yang biasanya terdiri dari 5-10 anak, berkunjung dari rumah ke rumah. Selain bersalam-salaman untuk meminta maaf dan mengucapkan selamat hari raya Iedul Fitri, mereka biasanya akan menerima wisit, atau angkpao lebaran. Besarnya tak sama antara rumah yang satu dengan yang lain. Namun bagi Tian dan teman-temannya tidak mempermasalahkannya. Bahkan ada juga keluarga yang tak memberi wisit, hanya kue-kue lebaran saja. Hal itu juga tak di permasalahkan yang penting semua rumah dimasukin. Sampai hari raya ke- 4 kadang-kadang baru komplit, mereka berkeliling. Belum lagi ke rumah sanak saudara di kampung lain. Karena biasanya dari rumah saudara mereka akan memperoleh wisit yang lebih banyak nilainya.

Setelah perayaan Idul itri selesai, yang ditandai dengan perayaan Kupatan. Saatnya Tian untuk membuka seluruh wisitnya.. Dan menghitung hasilnya. " Alhamdulillah ...bukan hanya sepatu yang bisa kebeli, tas juga sudah jebol,  akhirnya bisa pakai  tas dan sepatu baru juga pas naik kelas nanti, " gunam Tian dengan wajah yang  riang gembira. Karena kalau mengharap dari emak dan bapaknya saja, agak sulit. Bukannya emaknya pelit. Namun Tian sendiri tahu sendiri kemampuan emaknya , yang hanya buruh harian di sebuah pabrik rokok. Yang upahnya hanya cukup untuk makan sehari-hari.

Lain Tian, lain pula Daffa. Daffa mempunyai orangtua yang cukup berada, semua kebutuhan sekolahnya bisa terpenuhi dengan baik. Bukan hanya soal kebutuhan sekolah, kebutuhan lainnya juga selalu terpenuhi dengan baik, mainan, kue-kue yang enak, dan kebutuhan untuk menyalurkan hobbinya. Beruntunglah Daffa, tak perlu berpikir soal uang lagi, baginya uang tak begitu berarti. Orangtuanya memang tidak membiasanya Daffa memegang uang, karena kalau ke sokolah pun Daffa pasti sudah membawa bekal dari rumah. Yang tentu makanan yang enak daripada yang dijual di kantin sekolah.

Namun bukan berarti Daffa tidak senang menerima uang wisit saat hari raya. Seperti teman-teman yang lainnya Daffa mengumpulkan wisit atau jaman sekarang disebut angpao dari, om, tante dan saudara lainnya. Namun Daffa tidak pernah ikut berkililing masuk dari rumah ke rumah di kampungnya seperti yang dilakukan Tian dan kawan-kawan. 

Daffa hanya menerima dari kalangan keluarga saja. Daffa suka mengumpulkan amplop yang lucu-lucu dari angkpau itu bukan besaran rupiah yang ada di dalamnya. Untuk itu Daffa menoleksinya, sampai isinya juga di tempat khusus, apalagi kalau uangnya masih baru-baru lumayan, bisa menjadi kenang-kenangan nanti. Karena Daffa memang sudah terbiasa berpikir  maju.

Begitulah angpao atau kalau di daerahku disebut wisit. Memang bukan suatu keharusan kita sebagai orang dewasa memberi, namun namanya juga hari raya. Menyenangkan hati anak-anak tak ada salahnya, terutama buat mereka yang membutuhkan. Tentang berapa besarnya isi amplop, tergantung kita sih. Karena berapun jumlahnya anak-anak pasti senang menerimanya. Walau itu bukan suatu keharusan. Karena silaturahmi tak bisa disamakan dengan uang nilainya.  Jangan terus tak memberi wisit, si ante gak ada yang mendatangi, karena  ante sendiri lagi gak punya duit tuuu.... Kasihan kaan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun