Jeroannya seperti  jantung, hati, paru-paru ingin aku buat sup saja. Pasti nikmat sekali apalagi ditambah dengan irisan wortel, tomat dan daun seledri. Bumbu merica penghilang rasa anyir dan amis sudah aku siapkan banyak sekali. Aroma bawang putih akan segera mengalahkan bau anyir menjadi sedap menggugah selera makanku.
Sisa-sisa darah aku bersihkan dengan seksama, tak ada yang tercecer sedikitpun dan  bau anyir sudah berganti dengan aroma pujuk pinus kesukaanku, karena aku sudah mempersiapkan semua. Termasuk pengharum ruangan khas Melati kesukaan istriku, Nyonya Besar itu.
Ruangan sudah bersih kembali tak tampak adanya sesuau yang mencurigakan. Tulang-tulang yang tidak berguna , kulit dan usus aku jadikan satu, aku kubur dalam lobang  yang aku gali  tepat di bawah ranjang tidurnya, dan semua sudah aku rapikan juga.
Aku kini sudah bebas, makanku juga terjaga. Karena setiap hari aku hanya makan daging saja dengan berbagai variasi olahan. Tak lama lagi wajah tambun yang dimiliki istriku akan berpindah ke aku. Karena mulai sekarang tak ada lagi yang menekanku, tak ada lagi yang membuatku takut, gelisah dan sakit hati. Aku bebas sekarang.
Rumah besar peninggalan orang tuanya juga otomatis akan menjadi milikku. Tabunganku dari hasil merampok ATM dan toko perhiasan cukup buat bekal hidup selama aku tidak bekerja agar tak ada orang yang mencurigaiku dengan masuk ke rumah ini.
Aaah..persediaan dagingku masih banyak aku harus segera menghabiskannya, agar suara nyinyirnya tidak terus memburuku tiap malam. Aku bahagia sekali saat ini, karena suara nyinyirnya bisa aku abaikan mulai detik ini.