Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Tantangan Menulis Novel 100 Hari FC ] Mendulang Asa di Bumi Borneo /4/

22 Maret 2016   21:28 Diperbarui: 23 Maret 2016   13:10 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“ Rumahnya mana Mas, tolong antarkan saya sekarang nanti ongkos  saya benar penuh, yang penting anak saya ketemu, Mas…”

“ Oke..Bu saya antar sekarang “

Tiba di rumah Gareng, Imoeng mendapati anaknya sedang berbaring lemah di atas tikar yang digelar di teras rumah Gareng.

“ Dwi…bangun Nak..ayo ikut Ibuk ya..” kata Imoeng sambil duduk di sebelah anaknya yang masih berbaring.

“ Badanmu panas, kita ke dokter dulu ya…”

‘ Tapi Dwi gak mau ikut ke Kalimantan Bu..”

“ Sudahlah…yang penting kita pergi berobat dulu sekarang”.

Betapa sedihnya hati seorang ibu mendapati anaknya hidup seperti seorang gelandangan, dengan menahan sakit dan demam sendiri. Hatinya terasa tercabik-cabik mendapati kenyataan ini, bagaimana pun Dwi anaknya yang kurang mendapat perhatiannya sejak kecil, dan juga sama sekali tidak mendapat kasih sayang bapaknya. Karena tiga bulan setelah melahirkan Dwi dulu, Imoeng resmi bercerai dengan suami pertamanya. Setelah itu mantan suaminya tidak pernah lagi menenggok anaknya, sampai Dwi besar seperti ini Dwi belum pernah melihat wajah bapaknya.

Sekarang yang penting Dwi harus sembuh dulu, setelah itu Imoeng harus bisa merayu Dwi agar mau ikut ke Kalimantan, karena di sana banyak rencana untuk Dwi, agar Dwi bisa mempunyai masa depan yang baik. Di Kalimantan akan banyak asa yang bisa dibangun agar Imoeng dan anak-anaknya tidak lagi mengalami hidup sengasara di Jawa.

 

Bersambung….ya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun