Mohon tunggu...
Sri Subekti Astadi
Sri Subekti Astadi Mohon Tunggu... Administrasi - ibu rumah tangga, senang nulis, baca, dan fiksi

ibu rumah tangga.yang suka baca , nulis dan fiksi facebook : Sri Subekti Astadi https://www.facebook.com/srisubektiwarsan google+ https://plus.google.com/u/0/+SriSubektiAstadi246/posts website http://srisubektiastadi.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/srisubektiastadi/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Batubara yang Tak Lagi Membara

6 November 2014   21:49 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:27 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Batubara yang tak lagi membara....? betapa tidak...? Batubara yang merupakan hasil tambang yang  dijuluki dengan ' EMAS HITAM' akhir-akhir ini menunjukkan keprihatinan yang mendalam. Penurunan harga batubara dunia yang melandai membuat banyak perusahaan batubara yang ada di Sumatra maupun Kalimantan yang menghentikan kegiatan produksinya. Harga batubara yang menurun ini bahkan melanda semua jenis batubara, termasuk cooking coal, yang termasuk jenis batubara berkalori tinggi lebih dari 6 000 kilo kalori per kilogram atau kkal/kg. Jenis batubara ini biasanya digunakan dalam industri pembuatan baja dan tembaga. Meredupnya batubara terutama dipicu dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara pengimport batubara. Permintaan negara-negara pengguna batubara seperti China, Jepang dan India semakin menurun. Belum lagi masalah perekonomian yang di alami oleh  sejumlah negara di Eropa dan Amerika, membuat perusahaan-perusahaan yang biasa mengunakan batubara mengurangi produksinya, sehingga permintaan batubara mereka pun menurun. Akibatnya persediaan batubara dunia terus meningkat, dan Harga Acuan Batubara (HBA) terus menurun. Salah satu usaha untuk meredam penurunan ini, sejumlah perusahaan pertambangan batubara mulai menghentikan sementara produksinya, bahkan beberapa diantaranya telah menutup pertambangan Batubara secara total, karena diprediksi harga batubara akan terus menurun sampai tahun depan. Sedangkan ongkos produksi yang terus meningkat. Indonesia sebagai pemasok batubara terbesar dunia yaitu kurang lebih 25 % dari kebutuhan batubara dunia, disusul Australia, Africa Selatan, RRC, Federasi Rusia, Kolombia dan Amerika Serikat. Peran Indonesia sangatlah penting. Walaupun Indonesia termasuk pemain belakangan dalam Industri batubara, yaitu sejak akhir era '80-an, namun produksi batubara terus saja digenjot , semakin tumbuh suburnya perusahaan-perusahaan batubara di Kalimantan, Sumatra dan Sulawesi. Dan tentu hal ini banyak sekali ternjadi penyerapan tenaga kerja yang sangat besar. Pertumbuhan ekonomi di daerah-daerah pelosok yang menjadi penghasil batubara semakin tumbuh dan berkembang terlalu pesat, bahkan daerah yang tadinya termasuk dalam daftar daerah tertinggal tiba-tiba melaju dengan pesatnya. Seperti  daerah Satui dan Batulicin di Tanah Bumbu ( Kalsel ), Jorong, Asam-asam, dan Kintap di Tanah Laut ( Kalsel ), Tapin, Balangan, Kotabaru dan Tanjung Tabalong.  Daerah-daerah ini yang pada era tahun '80-an masih susah dilewati karena hanya mempunyai jalan setapak yang terjal sekarang berubah menjadi daerah yang sangat strategis dan berkembang pesat. Karena adanya perusahaan-perusahaan tambang batubara tersebut membuat orang dari berbagai wilayah Indonesia berbondong-bondong untuk mencari kerja di Perusahaan Batubara. Akibatnya terjadilah permintaan akan kebutuhan para pekerja yang semakin tinggi, seperti kebutuhan pangan, sandang dan papan. Pasar-pasar mulai menggeliat untuk memenuhi kebutuhan para pekerja. Tanah dan rumah yang tadinya tak bernilai menjadi laku keras , maka banyak dibangun perumahan-perumahan baru. Perekonomian melaju dengan pesatnya. Tanah-tanah yang dulunya tak ada harganya tetapi setelah diketahui mengandung batubara, maka akan laku dijual dengan harga yang sangat tinggi, sehingga banyak orang kaya baru di pedalaman. Dan bagaimana nasib, daerah-daerah yang sedang tumbuh subur itu bila tiba-tiba kehilangan penghasilannya, kehilangan para pendatang yang bekerja di sektor batubara. Akibat dari Pemutusan Hubungan Kerja, maupun dirumahkannya para pekerja, mereka banyak yang kembali ke daerah asalnya. Perekonmian semakin melemah, rumah-rumah yang sudah terlanjur dibangun banyak yang ditinggal penghuninya. Pasar-pasar sepi. Apalagi sektor pertanian seperti harga getah karet dan biji kelapa sawit yang juga menurun. Padahal tanah tak lagi subur, bekas tambang-tambang batubara yang hanya menyisakan kubangan besar di sana-sini, dengan lapisan tanah atas  ( top soil ) yang sudah hilang. Lalu apalagi yang diharapkan....? semoga Pemerintah segera mengatasi dampat penutupan Perusahaan Pertambangan secara besar-besaran ini. Sebelum dampak-dampak sosial dan kriminalitas yang semakin tinggi. sumber gambar Kudus, 6 November 2014 ; 14;43 salam sejahtera untuk kita semua Dinda Pertiwi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun