Termasuk  untuk menulis daftar pustakapun ada kaidah-kaidah yang harus diperhatikan. Cara mengutip karya orang lain, supaya tidak disebut plagiat, harus memperhatikan aturan main yang ada, Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), pola kalimat Subyek, Predikat, Obyek, dan Keterangan (SPOK).
Menulis karya ilmiah sangat berbeda dengan menulis blogger, yang spontan, langsung apa yang terbersit dalam pikiran ditulis. Tidak pernah ada koreksi dari segi kebahasaan, tetapi tidak dapat mengatakan sebagai ancaman rusaknya Bahasa Indonesia, mengingat tidak mempunyai kompetensi bidang itu. Pastinya yang berkompeten adalah para ahli Bahasa Indonesia, minimum yang memiliki ilmu Bahasa Indonesia.
Sedang untuk artikel para Kompasianer saya tidak bisa mengatakan tidak sesuai kaidah dan jauh dari ideal. Kenyataannya, banyak artikel di Kompasiana yang runtut dan mudah dipahami dengan bahasa ilmiah populer. Diakui para milenial menulis dengan bahasa ngeblog lebih mudah, tetapi  bagi yang tidak terbiasa menulis tetap mengalami kesulitan. Mengapa ?. Tidak terbiasa menuliskan narasi yang komunikatif dan dialogis.
Sebaliknya tulisan ilmiah populer bagi milenial kurang "membumi". Berbeda dengan ngeblog lebih mendekatkan penulis dengan pembaca. Jujur saya mengakui bahasa ngeblog itu lebih sulit, buktinya tidak pernah menjadi juara "blog competition", karena kalah bersaing dengan anak-anak milenial yang jago menulis blog. Pastinya bahasa ngeblog lebih diterima para generasi milenial daripada ilmiah populer. Sampai hari ini saya masih belajar menulis ala ngeblog, walau belum berhasil. Harus tetap semangat belajar menulis blog ternyata lebih sulit.
Yogyakarta, 12 September 2020 Pukul 13.18