Apalagi saat ini banyak OTG yang sulit dideteksi, perlu lebih hati-hati, waspada, saling mengingatkan, dan memberi semangat. Masalahnya, saat diberlakukan PSBB saja sebagaian masyarakat masih ada yang melanggar, mengabaikan bahaya Covid-19. Berlakukanya  AKB pun yang melanggar cenderung bertambah, karena  sudah bosan di rumah saja selama lebih 3 bulan. Mereka lupa euforia pelonggaran PSBB tanpa mengindahkan protokol kesehatan, berpotensi menjadi klaster baru penyebaran Covid-19.
Selain itu konferensi pers dari pemerintah tentang update terbaru kasus Covid-19 sudah tidak "live" di TV bukan berarti pandemi virus corona selesai. Ancaman, bahaya masih ada disekitar kita dan penyebarannya semakin masif, setiap hari penambahan yang positif lebih dari 1000 orang.Â
Walaupun diakui tingkat kesembuhan terus naik, sambil menunggu obat dan vaksin Covid-19 yang terus dilakukan percepatan penelitiannya. Bagi masyarakat awam apalagi kaum marginal, data kasus konfirmasi positif, sembuh, dan meninggal kurang  diperlukan, karena tidak mempunyai pengaruh bagi dirinya. Mereka hanya membutuhkan "hari ini dapat makan apa tidak", bukan hari ini makan apa, dimana, apalagi makan siapa.
Sesimpel dan sesederhana itu pola pikirnya masyarakat awam, marginal, tidak macam-macam. Sejatinya mereka perlu pendampingan, pemberdayaan, dan upaya memandirikan, bukan sekedar bantuan tunai yang dimanfaatkan untuk kebutuhan berbeda. Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), menjalani kehidupan normal yang tidak seperti dulu, tetapi dengan mengikuti ketentuan protokol kesehatan terus disosialisasikan . Disinilah ada peran tokoh masyarakat, publik figure, tokoh agama, pemimpin, untuk memberi contoh nyata, teladan agar diikuti oleh masyarakat. Â
Yogyakarta, 26 Juli 2020 Pukul 14.50
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H