Pandemi Covid-16 ini membuat masyarakat terus belajar, belajar dan belajar, harus beradaptasi dengan perubahan sesuai protokol kesehatan. Covid-16 penyakit baru, belum ada obat dan vaksin, Â dapat menular melalui droplet saat orang bersin, batuk dan berbicara.Â
Oleh karena itu sejak pertama muncul di Wuhan China bulan Desember 2019, Covid-19 menjadi topik dan pembicaraan di 185 negara di dunia.Â
Penyebaran Covid-19 ini sangat masif karena mobilitas orang lintas daerah, wilayah, dan negara masih terus berlangsung. Akibatnya kesehatan perorangan dan masyarakat menjadi kebutuhan pokok yang perlu mendapat perhatian ekstra. Upaya preventif  lebih penting daripada mengobati, dengan menjaga daya tahan tubuh melalui pola hidup sehat dan bersih. Â
Sebenarnya pola hidup sehat dan bersih sudah diajarkan sejak dini, ketika anak masih duduk di PAUD dan TK. Khususnya gerakan cuci tangan yang sering dilakukan di sekolah. Biasanya ada sponsor dari perusahaan sabun, kerja sama dengan puskesmas dan sekolah.Â
Sayangnya gerakan mencuci tangan tersebut berhenti di sekolah, karena ketika di rumah dan di lingkungan sosialnya hal tersebut kurang mendapat perhatian dan pendampingan dari orang dewasa disekitarnya.Â
Sebenarnya ibu menjadi orang pertama dan utama yang mengajarkan anak tentang apapun, sebelum maupun sesudah anak bersekolah. Namun peran tersebut masih kurang disadari oleh para ibu, akibat kurangnya ilmu menjadi ibu atau "terlalu sibuk" menjadi ibu, sehingga kurang perhatian.
Masa pandemi Covid-19, yang awalnya bersemboyan "kita bisa lawan bersama Covid-19" berganti menjadi "hidup berdamai bersama Covid-19". Artinya kita harus tetap menyadari, waspada dan tidak menyepelekan dengan Covid-19 yang masih ada, dan menjalani kehidupan normal tetap berjalan. Inilah pemikiran orang awam yang menafsirkan istilah baru bernama "New Normal".Â
Diakui selama muncul Covid-19 banyak istilah baru dan asing yang bagi awam selain membingungkan juga bisa multi tafsir. Istilah stay at home, work from home, lockdown, personal distancing, social distancing, droplet, karantina, isolasi madiri, APD, ODP, PDP, OTG, PSBB, new normal. Â
Menurut Irwan Abdullah (Guru besar Antropologi FIB, UGM) mengatakan:"New Normal menyangkut dua hal yaitu pernyataan kebudayaan dan preseden kebudayaan. Artinya Covid-19, menguji apakah kebudayaan kita cukup realistis, punya resilience cukup kuat sehingga dapat mendampingi masyarakat masuk era New Normal.Â
Selain itu Covid-19 menjadi momentum historis karena banyak pihak diajarkan pada sesuatu yang baru". Selanjutnya dikatakan bahwa:"Dari segi kesehatan Covid-19 tidak bisa dilawan karena hingga saat ini vaksin belum ditemukan dan tingkat kematian jelas. Oleh karena itu jika mau meningkatkan imunitas tubuh jalannya adalah sosial budaya". (UGM).
Terlepas dari semua itu kondisi New Normal diakui menuntut kedisiplinan diri untuk menerapkan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari. Artinya supaya terhindar dari Covid-19 harus menerapkan protokol kesehatan secara disiplin, tidak dapat ditawar apalagi diabaikan dan disepelekan.Â