Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merayakan Idul Fitri 2020 di Tengah Larangan Mudik

28 Mei 2020   07:57 Diperbarui: 28 Mei 2020   07:47 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 masih berlangsung, tidak tahu kapan berakhir dan lenyap dari bumi ini khususnya Indonesia. Akibat Covid-19 terbukti mampu merubah budaya, kebiasaan, rutinitas, dan aktivitas semua orang. Sejak muncul orang pertama dan kedua yang terpapar Covid-19 diumumkan Presiden Jokowi tanggal 2 Maret 2020, korban masih terus bertambah. Bahkan di Jakarta menjadi episentrum, zona merah, sehingga Covid-19 ini tidak bisa disepelekan, karena belum ada obatnya dan mematikan.

Data terakhir per 27 Mei 2020 pukul 16.10, yang terpapar  Covid-19 di Indonesia berjumlah 23.851 orang, 16.321 orang dirawat, 1.473 orang meninggal, 6.057 orang sembuh (www.covid19.go.id). Untuk memutus rantai yang terpapar semakin banyak, diberlakukan berbagai aturan mulai dari stay at home, bekerja, bersekolah/kuliah, beribadah dari rumah, membudayakan hidup bersih dan sehat. Menghindari kerumunan, memakai masker bila bepergian, menjaga jarak aman, dan sering mencuci tangan pakai sabun di air mengalir.

Mobilitas orang dibatasi bahkan dilarang, di berbagai wilayah diberlakukan PSBB, mudik pun dilarang saat lebaran. Semua transportasi diberhentikan, tidak ada lagi mudik gratis dan mudik bareng. Selama puasa Ramadan tidak ada takjil, sholat berjama'ah, sholat tarawih, tadarus Al Qur'an, dan i'tikaf di masjid, tetapi dilakukan di rumah saja. 

Selain itu ada edaran dari MUI mengingat Covid-19 masih menjadi ancaman bagi kesehatan, maka sholat sunah Hari Raya Idul Fitri 1441 H tidak dilaksanakan di lapangan/masjid/mushola, tetapi di rumah masing-masing. Hal ini karena sholat Idul Fitri mengundang kerumunan orang, berpotensi terjadi penularan Covid-19. Tak ajal ruang tamu, halaman samping rumah, disulap menjadi tempat sholat Idul Fitri bagi keluarga Indonesia.

Merayakan Idul Fitri 2020 diakui ada suasana berbeda akibat pandemi Covid-19, yang harus diterima dengan sabar, tawakal, ikhlas, dan yakin dibalik semua ini ada hikmah yang dapat dirasakan. Sepi, hampa, kosong dalam relung hati, tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Kenangan Idul Fitri 1441 H ini menjadi catatan sejarah dalam kehidupan setiap orang. 

Selama hidup baru kali ini mengalami suasana berbeda Hari Raya Idul Fitri yang berbeda dengan tahun sebelumnya. Suasana seperti ini sangat tepat untuk  "instrospeksi", "mawas diri", "muhasabah". Setelah lebih 3 bulan  menahan diri, mengikuti aturan stay at home,  dengan tetap bekerja, beribadah, dan belajar, diharapkan melakukan perubahan dengan "new normal", pola hidup baru yang beradaptasi dengan pandemi Covid-19.

Diakui, masyarakat yang sadar bahaya pandemi Covid-19 mentaati himbauan, larangan, dan aturan PSBB. Pastinya dengan menahan segala rasa (rindu, sedih) karena larangan mudik Hari Raya Idul Fitri, tetapi demi untuk kesehatan orang tua, semua rasa itu ditahan dulu. Bersabar tidak keluar rumah, walau sekedar kontrol ke dokter karena penyakitnya. 

Menahan diri tidak potong rambut, jenggot dan kumit karena khawatir terpapar  Covid-19. Orang tua menahan diri untuk menengok anak-anaknya yang bekerja di zona merah Covid-19. Akibatnya tiket pesawat Yogyakarta - Jakarta pergi pulang (pp) yang sudah terbeli di "refund", dan belum tahu kelanjutannya. 

Merayakan Idul Fitri 2020 ditengah larangan mudik karena pandemi Covid-19 menjadi kenangan yang "melukai" hati, sedih pasti, tetapi tetap harus dijalani, tidak boleh berdalih dengan aneka modus apalagi melawan petugas dengan arogan dan menyepelekan bahaya Covid-19. Semua itu harus diikhlaskan dan sebagai orang tua hanya mendoakan semoga anak-anak, cucu-cucu dan mantu di daerah episentrum, zona merah tetap semangat, tenang, dan mengikuti aturan pemerintah serta terhindar dari paparan Covid-19. Untuk sementara biarkan rumah di hari Raya Idul Fitri 1441 H tetap sepi karena tanpa kehadiran mereka yang membuat hidup ini semakin semangat dan mensyukuri semua nikmatNya.

Apalagi saat mereka dengan ketulusannya "sungkem" meminta maaf, air mata tanpa disadari mengalir deras. Terharu pasti, cengeng gimana lagi, walau sudah ditahan air mata keluar tanpa bisa dicegah. Saat bersama-sama silaturahmi dan menghadiri pertemuan trah, traveling dan kulineran di tempat favorit adalah momen yang sulit terhapus dari memori. 

Namun merayakan Idul Fitri 2020 di tengah mereka tidak mudik secara fisik, diganti dengan mudik secara virtual bahkan setiap saat dilakukan dengan vidio call (vc) bersama-sama dari tempat yang berbeda. WhatsApp sudah memberi fasilitas melakukan vidio call secara serentah untuk 8 (delapan) orang, asal jaringan internet lancar dan kuota terbeli. Mau apa lagi ?.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun