Bulan Mei ini sebagai bulan istimewa berkaitan dengan pendidikan dan peradaban di Indonesia. Mengapa ? Tanggal 2 Mei hari Pendidikan Nasional, 17 Mei hari lahir Perpustakaan Nasional dan Hari Buku, serta tanggal 20 Mei hari Kebangkitan Nasional. Momen-momen penting itu menjadi landasan dasar dan kekuatan bagi bangsa Indonesia menuju masyarakat yang cerdas (intelektual, emosional, dan spirutual).Â
Tujuan idealnya adalah masyarakat yang berkeadilan sosial, sejahtera, beradab, dengan menggugulkan kekuatan lokal rasa gotong royong, kekeluarga, dan kesetiakawanan. Terbukti  di masa pandemi itu secara spontanitas kekuatan lokal itu muncul sebagai modal sosial untuk bersama-sama membantu dampak ekonomi dari pandemi Covid-19. Â
Tujuan ideal ini bukan klise, buktinya sejak Budi Utomo berdiri 20 Mei 1908 sebagai organisasi nasionalis bersatu padu melawan penjajah, untuk meraih kemerdekaan Indonesia dengan meleburkan Jong Java, Jong Sumatra, Jong Celebes dalam ikrar Sumpah Pemuda.Â
Menekankan perasaan senasib seperjuangan sebagai bangsa terjajah, Budi Utomo sebagai pelopor perjuangan kemerdekaan tanpa menggunakan senjata semata, tetapi memberikan pendidikan kepada masyarakat Indonesia. Hal ini karena pendidikan diyakini dapat meningkatkan daya nalar dan kualitas manusia.
Kemudian setiap tanggal 2 Mei sejak 1959 ditetapkan sebagai hari pendidikan nasional, untuk memberi penghormatan terhadap jasa Ki Hajar Dewantara yang mendirikan lembaga pendidikan Taman Siswa di Yogyakarta.Â
Filosofi di dunia pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah:"Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri handayani, artinya Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan". Selain filosofi tersebut, pendidikan dikenal dengan Tri Pusat Pendidikan yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat, yang terkoordinir dan saling memberi kontribusi sesuai perannya..
Pendidikan sejatinya tidak bisa dilepaskan dengan perpustakaan dan buku, diakui atau tidak, mengingat pendidikan, perpustakaan, dan membaca buku (fisik dan/atau elektronik) bermuara  untuk "mencerdaskan kehidupan bangsa".Â
Tanggal 17 Mei 1980 Mendikbud Daoed Joesoef mencanangkan pendirian Perpustakaan Nasional, yang berasal dari gabungan 4 (empat) Perpustakaan Museum Nasional, Perpustakaan sejarah, politik dan sosial (SPS), Perpustakaan wilayah DKI Jakarta, Bidang Bibliografi dan Deposit, Pusat Pembinaan Perpustakaan.
Perpustakaan Nasional RI berlokasi di Jln. Salemba Raya No.28 A Jakarta Pusat, dan Jln. Medan Merdeka Selatan Jakarta Pusat, ini mencerminkan tingkat peradaban bangsa. Selain itu sebagai pelestari budaya, Â pusat deposit (setiap karya cetak dan/atau karya rekam) wajib menyerahkan minimum satu (1) copy.Â
Perpustakaan Nasional juga sebagai pembina semua jenis perpustakaan di Indonesia, termasuk pustakawannya. Tugas ini sangat berat, apalagi letak geografi, kondisi lingkungan, budaya, strata sosial, tingkat pendidikan sangat berbeda antara wilayah timur, tengah, dan barat. Belum daerah tertinggal, terdepan, dan terluar dengan segala persoalan untuk mendapat pembinaan dari Perpustakaan Nasional, apalagi jaringan internet masih terkendala.
Sementara tanggal 17 menjadi hari buku nasional, saat Mendiknas Malik Fajar pada tahun 2002, mengingatkan pentingnya budaya membaca di Indonesia agar dapat meningkat. Survey Unesco tahun 2011 menunjukkan indeks tingkat membaca di Indonesia hanya 0,001 persen. artinya dari 1000 orang, hanya ada 1 orang yang mempunyai minat untuk membaca buku.Â