Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kopdar Online Model K-JOG, Cara Menjalin Silaturahmi

4 Mei 2020   23:56 Diperbarui: 4 Mei 2020   23:52 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Dokumen Mbak Vika dan Mbak Riana

Pertemuan kopdar K-JOG sebelum merebak wabah Covid-19 diselenggarakan tanggal 18 Februari 2020 di titik nol kilometer sambil menyaksikan acara budaya Selasa Wagean. Rencana akan menyusuri gedung bersejarah seperti kantor pos, Bank Indonesia, Gereja, Monumen Serangan Umum, Museum Vredreburg, Gedung Agung, Ngejaman, Pasar Beringharjo, kantor Gubernur, dan  gedung DPRD Propinsi DIY. 

Saat itu  suasananya sangat ramai karena pengunjung dan pengeras suara. Acara kopdar dipandu mbak Yulia Sujarwo menjelaskan sejarah gedung-gedung disekitar titik nol. 

Hujan pun mulai turun rintik-rintik, kami kembali di titik kumpul, setelah berfoto ria acara dibubarkan. Rencananya hari Jum'at tanggal 21 Februari 2020 pertemuan kopdar diadakan lagi sesuai rencana awal.   

Setelah merebak pandemi Covid-19, kehidupan, kebiasaan, aktivitas sehari-hari berubah drastis, demi mencegah penyebarannya. Berlakulah ketentuan "di rumah saja/stay at home" dengan segala dampaknya. Kondisi ini telah merubah kebiasaan bersilaturahmi, berkumpul, bertemu darat antar anggota masyarakat, komunitas, teman kerja, sekolah, beribadah, semua "serasa" hilang. 

Merasakan seperti dipingit di rumah ala R.A. Kartini, melakukan aktivitas yang biasa dikerjakan di luar rumah, bergeser menjadi di dalam rumah. Bedanya kalau R.A Kartini menjalani "pingitan", karena tradisi waktu itu seorang gadis setelah berusia 12 tahun harus dipingit, sampai datang pria untuk melamarnya. 

Saat ini dipingit untuk semua orang tanpa kecuali, dan tidak tahu kapan berakhirnya.Pingitan kali ni menghindari Covid-19, yang tujuannya memutus rantai penularannya.

Selama lebih dua (2) bulan di rumah saja diakui mempunyai plus minusnya dengan segala konsekwensinya. Awalnya di rumah bareng-bareng orang tua, anak selama 24 jam, itu menyenangkan, ramai, heboh, karena biasanya rumah sepanjang hari sepi dan kosong, kecuali asisten rumah tangga (kalau ada). 

Semua anggota keluarga beraktivitas di luar rumah (bekerja, sekolah, kuliah, arisan, pengajian, pertemuan PKK, silaturahmi ke komunitas, saudara, keluarga), tiba-tiba harus di rumah saja. 

Aktivitas rutin di pagi hari dengan segala kerempongannya,  membangunkan anak-anak, menyiapkan sarapan, mengecek peralatan sekolah, kuliah, kerja. 

Bagi ibu yang bekerja, lebih komplek lagi pekerjaan yang harus dilakukan di pagi hari. Untuk ibu rumah tangga, mengurus rumah yang tidak  ada selesainya. Apalagi saat ini para ibu mempunyai tugas tambahan menggantikan guru kelas untuk memantau, mendampingi , menjelaskan anak-anaknya mengikuti kelas online dan/atau mengerjakan tugas sekolah.

Kelamaan di rumah saja, diakui mulai membosankan khususnya bagi yang terbiasa mobilitas dan aktivitas tinggi, termasuk "orang rumahan" sekalipun. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun