Sejak jalan sepanjang Malioboro sampai di titik nol dilakukan pembenahan oleh pemerintah tingkat propinsi dan kota Yogyakarta, terasa wajah daerah tujuan wisata ini semakin menawan.Â
Betapa tidak jalan ini yang tadinya tidak tertata, semrawut dengan aneka kendaraan berbaur, pedagang kaki lima, tempat parkir, bau comberan, air kencing manusia dan hewan.Â
Saat ini kondisinya lebih bersih, pedagang kali lima tertata walau belum nampak rapi dan indah. Masih menemukan plastik-plastik  penutup barang dagangan diletakkan begitu saja di pinggir jalan.Â
Sampah, bekas minuman dan makanan, puntung rokok masih mudah ditemukan. Mengatasi kondisi ini perlu pendekatan dengan dialog, musyawarah mufakat, karena yang dihadapi pejuang disektor informal demi menghidupi keluarganya.
Diakui, pedagang di depan toko-toko sudah ditata, walau masih perlu pembenahan agar terlihat rapi, bersih, indah, dan menarik dipandang mata. Masih terlihat lorong toko yang semestinya untuk pejalan kaki dengan nyaman dan aman, ternyata dipakai untuk menggelar dagangan secara  berhadap-hadapan, sehingga hak pejalan kaki berkurang.Â
Apalagi saat memilih dan bertransaksi, otomatis semakin mengurangi area untuk pejalan kaki. Penataan dagangan menghadap toko, membuat pemandangan kurang enak dilihat dari jalan aspal yang melintas Malioboro.Â
Selain itu juga menutupi toko-toko yang ada di sepanjang Malioboro dari jalan raya, padahal sudah ditarik pajak yang tidak kecil. Lagi-lagi perlu pendekatan yang manusiawi dan "win-win solution", tanpa merugikan kedua belah pihak.
Jalan Malioboro mulai selatan rel kereta api, barat hotel Ina Garuda sampai di titik nol kilometer telah dilakukan revitalisasi sebagai sebagai pendestrian untuk ruang publik.Â
Trotoar diperluas, diberi fasilitas kursi taman, pohon perindang, "bollard" bulat teraso, lampu hias, serta disediakan tempat sampah yang cantik. Saat cuaca terang suasana di tempat ini semakin eksotik dengan sinar lampu yang menerangi sepanjang jalan Malioboro. Semakin malam kemaraian semakin bertambah dan kehadiran pedagang lesehan di lorong toko, depan pasar Beringharjo, menambah fasilitas pendestrian ini.Â
Sayangnya, semakin banyak pengunjung produksi sampah dan limbah juga meningkat. Sudah disediakan tempat sampah, namun budaya membuang sampah pada tempatnya belum dimiliki akibatnya sampah masih berserak disana-sini. Â Â
Apalagi saat ada acara setiap hari Selasa Wage (nama hari pasaran Jawa), disepanjang jalan Malioboro ada event budaya, kesenian, dan atraksi untuk menarik wisatawan dan masyarakat Yogyakarta.Â