Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Anak Genius Sukses Terus, Benarkah Tidak Pernah Mangalami Kegagalan?

19 Juni 2019   11:06 Diperbarui: 6 Juli 2019   11:54 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi-lagi orang tua khususnya ibu yang harus selalu mendampingi, bila suatu saat anak mengalami kegagalan, jiwa raganya dapat menghadapi kenyataan dapat menerimanya dengan sabar, tawakal, dan ikhlas.

Kegagalan tidak saja dalam prestasi akademik, tetapi juga dalam menjalin hubungan sosial dengan lingkungannya, termasuk dalam hal "cinta". Jalan pintas dapat ditempuh ketika sudah tidak menemukan jalan lurus yang lebar dan bebas hambatan. 

Tindakan tragis dan menggenaskan bisa saja diambil sebagai upaya untuk mengakhiri persoalan yang mendera. Peran ilmu agama sangat dominan agar anak dapat memahami bahwa:"diatas langit itu masih ada langit", tidak ada yang sempurna dan kekal di dunia  ini. Tidak ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan. 

Setelah kegagalan ada kesuksesan. Mundur selangkah, maju tujuh langkah. Jadi kegagalan adalan sukses yang tertunda, skenario Alloh SWT lebih indah daripada skenario manusia. Menghadapi kegagalan perlu manajemen emosi, agar anak genius ketika gagal tidak meledak-ledak yang dapat merugikan dan membahayakan diri dan orang lain.   

Selain orang tua yang bisa mendampingi anak genius ketika mengalami kegagalan, sahabat sejati bisa mengurangi beban persoalan yang dialami. Masalahnya, apakah  anak genius mempunyai sahabat sejati ?

Hal ini mengingat anak genius suka menyendiri, tidak mau berbaur dengan teman sebayanya sehingga dari penilaian orang awam, anak genius itu "kadang" mempunyai perilaku aneh. 

Pernah tahun 2009 satu bis dengan anak genius, juara olimpiade dunia bersama dengan para orang berprestasi diajak ke Dufan. Dalam perjalanan kepingin buang hajad kecil, tanpa pikir panjang minta pak sopir bis agar menghentikan laju kendaraan. Setelah berhenti dipinggir jalan, dengan cuek, santai tanpa malu membuang hajad kecil dibalik roda bis. Ini contoh kecil dan sepele, bagi awam pasti minta berhenti di pom bensin, atau tempat umum yang ada toiletnya.

Jadi mempunyai anak genius pastinya sebagai orang tua sangat bangga, tetapi yang tidak boleh dilupakan adalah menanamkan ilmu agama sebagai landasan hidupnya, supaya bila suatu saat mengalami kegagalan dalam kehidupannya tidak "limbung" dan kosong jiwanya. 

Selain itu bersosialisasi dan bermain dengan teman sebaya adalah hal yang perlu dilakukan, karena dari situlah dapat mengenal kehidupan orang lain yang mempunyai aneka kegagalan dalam kehidupannya, tetapi tetap tegak berdiri, tidak mudah putus asa. Apalagi sampai depresi berat yang dapat mengakhiri hidupnya. Tragis bukan ?.

Yogyakarta, 19 Juni 2019 Pukul 10.38

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun