Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Jalan Tol Cipali Gelap dan Berlubang, Sangat Berbahaya

1 Mei 2019   16:58 Diperbarui: 1 Mei 2019   17:31 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi:www.detik.com(Ibnu Hariyanto)

Perjalanan pulang dari Jakarta ke Yogyakarta biasa memanfaatkan transportasi udara atau darat dengan kereta api eksekutif, yang tempat duduknya dapat diatur sesuai kebutuhan. Sabtu tanggal 27 Mei 2019 harus melakukan perjalanan dari Depok Jawa Barat ke Yogyakarta dengan kendaraan sendiri. 

Membayangkan perjalanan lewat jalan tol yang bebas hambatan, lancar, tanpa terganggu oleh pasar tumpah, orang menyeberang, lampu merah, dan persimpangan jalan, putar balik yang sering menghambat. Walau hadirnya "pak Ogah" di persimpangan jalan dan putar balik, diakui dapat mengurai kemacetan. Minimnya petugas, membuka peluang pak Ogah menggantikannya ditengah terik matahari dan guyuran hujan.

Namun ekspektasi yang berlebihan tersebut, ternyata tidak sesuai, karena realita dijalan justru sebaliknya. Jalan Margonda Raya, sudah melebihi kapasitas daya tampung dan daya dukung, akibatnya 8 (delapan) lajur dari dua arah itu dipadati mobil pribadi, angkutan umum, sepeda motor, penjual makanan di pinggir jalan. Selain itu ada proyek perbaikan saluran, sehingga benar-benar dapat menikmati perjalanan sore dengan cuaca mendung ini. Belum sepeda motor yang sering bikin kaget dengan melakukan zigzag di celah-celah mobil yang berhenti karena lampu merah.

Keluar dari jalan Margonda masuk tol Cijago, lanjut ke tol Jakarta -- Cikampek. Bukannya jalan semakin lancar, namun semakin parah macetnya karena proyek pembangunan tol layang (elevated) membentang dari Cikunir sampai Kerawang Barat sepanjang 36 km. Macet yang berhenti tidak bergerak sama sekali. Selain itu ada proyek light rail transit (LRT) Jakarta -- Bekasi Timur, kereta cepat Jakarta -- Bandung, dan jalan tol Cibitung -- Cilincing di Simpang Susun Cibitung.

Setiap pembangunan infrastruktur membutuhkan pengorbanan para pemakai jalan untuk bersabar.  Artinya lebaran 2019 nanti harus siap-siap energi, emosi, bahan bakar, bahan makanan. Pastikan kendaraan tidak bermasalah, kondisi kesehatan prima, fit, menata hati agar tetap sabar menghadapi kemacetan yang luar biasa. Pikiran langsung ke tahun 2016 tragedi di Brexit, ketika terjebak di kemacetan yang stagnan, tidak bisa keluar semua sudah terkunci. Akibatnya korban berjatuhan karena kondisi demikian dapat memicu emosi, energi, dan penyakit yang diderita dapat kambuh.

Diakui kemacetan yang dialami kemarin hanya 5 jam, tidak seperti tragedi Brexit sampai 20 jam. Namun kondisi ini cukup membuat stres, tegang, dan membosankan. Tidak ada informasi dan solusi jalan alternatif yang bisa dilalui untuk keluar dari jebakan kemacetan. Hanya ada pemberitahuan ada pekerjaan pemasangan tiang pancang atu pilar tol Jakarta -- Cikampek II,  yang dilakukan malam hari. Pembangunan mega proyek ini diakui membutuhkan pengorbanan masyarakat, yaitu kemacetan yang luar biasa dan harus dirasakan setiap hari. Sadar sesadarnya pembangunan ini nantinya yang merasakan juga masyarakat pengguna jalan.

Setelah keluar dari tol Jakarta -- Cikampek, bukan berarti perjalanan dapat lancar tanpa hambatan. Memang laju kendaraan sudah dapat dirasakan, masalahnya pengemudi tetap harus waspada, mengingat jalan tol bergelombang, sangat gelap dimalam hari, dan berlubang. Apalagi kalau dari arah berlawanan lampu jarak jauh disorotkan, pengemudi terganggu oleh silaunya lampu kendaraan. 

Untuk kendaraan kecil dan pendek jenis sedan, kalau lubangnya terlalu lebar sangat terasa benturannya, kena shockbreaker. Untuk menghindarpun berbahaya karena dibelakangnya di jalur kanan atau kiri sudah ada kendaraan lain. Tidak bisa memilih jalan mulus, karena tidak ada lampu penerangan jalan, hanya berdasarkan kewaspadaan pengemudi. Kondisi jalan yang gelap gulita, memaksa pengemudi harus ekstra hati-hati dan memanfaatkan sorot lampu kendaraan kita.

Oleh karena itu pengemudi dan penumpang sebelahnya wajib konsentrasi dan tetap memanjatkan doa kepada Alloh SWT agar diberi keselamatan melewati jalur tol yang gelap gulita dan berlubang. Ada beberapa titik sedang diperbaiki, itupun tetap harus ekstra hati-hati karena penyempitan jalan dari tiga jalur menjadi satu jalur. Perjalanan malam hari yang sangat menegangkan, apalagi semakin larut malam. 

Disarankan ketika ketemu dengan rest area, segera menepi untuk beristirahat, melepaskan ketegangan otot dan syaraf selama melewati jalur tol yang ekstrim. Kalau perlu tidur di dalam mobil, namun tetap harus hati-hati dengan barang bawaan. Sungguh ini pengalaman yang sangat berharga, berkendara malam hari melalui jalur yang penuh hambatan walau lewat jalan tol. Pastinya pikiran tetap tenang, santai dan menikmati perjalanan sehingga dapat konsentrasi untuk melanjutkan perjalanan karena tanpa keburu waktu. Semoga lebaran yang tinggal menghitung hari nanti, tragedi seperti Bresxit tidak terulang lagi, sehinggap perlu dipikirkan sejak sekarang oleh para pengambil kebijakan.

Yogyakarta, 1 Mei 2019 Pukul 16.22

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun