Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Memaknai Roda Kehidupan dan Ilmu Ikhlas, Tersirat dalam Film "Mantan Manten"

6 April 2019   23:48 Diperbarui: 7 April 2019   00:24 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:http://www.tribunnews.com

Kehidupan di kota besar dan metropolitan identik dengan mobilitas tinggi, modern, glamor, mewah, rasional, serba ada, infrastruktur lengkap, jaringan cepat. Bak surga dunia, apapun bisa dibeli, dinikmati dengan fasilitas, kemudahan dan pelayanan yang melebihi ekspektasi.

Uang, perhiasan, kendaraan, rumah, apartemen, yang dimiliki secara kasat mata menjadi ukuran kesuksesan seseorang. Semakin tinggi pundi-pundi semakin dihormati, disanjung, dikerumuni teman, sahabat, relasi bisnis, komunitas dan lingkungan sosialnya.

Namun dalam kehidupan ini tidak kekal, sangat singkat dan sementara. Hanya orang yang selalu ingat, bahwa  semuanya dapat berubah dalam sekejap, bagaikan roda yang selalu berputar pada porosnya. Menghadapi skenarioNya yang diluar perhitungan sering tidak siap, semua yang dimiliki itu hanyalah "titipan" yang sewaktu-waktu dapat diambil pemilikNya.

Di sinilah sebenarnya hikmah yang dapat diambil bahwa pengalaman orang lain menjadi "guru terbaik" bagi siapapun. Dalam kehidupan ini, kesuksesan yang dicapai dengan kejujuran dan kerja keras, sering menjadi "ke-iri-an" dari rival yang berada diseliling kita. Berhubung untuk menyaingi tidak mempunyai kompetensi, maka "menusuk dari belakang" adalah senjata pamungkasnya.

Memaknai roda kehidupan itulah pesan yang tersirat dalam film berjudul "Mantan Manten" dengan peran utama Atiqah Hasiholan, sebagai Yasnina. Seorang perempuan modern, lulusan luar negeri, mandiri, cantik, dan memiliki kekasih kaya bernama Surya (Arifin Putra) putra Iskandar (Tyo Pakusadewa).

Pertautan hati yang telah mereka ukir menuju gerbang pernikahan, adalah ekspektasinya, namun realitanya berkata lain. Bagaimana kisah kasih selanjutnya, hanya dapat ditonton dalam film layar lebar garapan Visinema Pictures. Film ini telah diputar secara serentak di gedung bioskop seluruh Indonesia sejak tanggal 4 April 2019.

Film "Mantan Manten" merupakan kolaborasi antara anggia Kharisme (Keluarga Cemara) dan Kori Adyaning (Love for Sale). Bukan sekedar kisah drama percintaan yang klise, tetapi juga menonjolkan dua (2) budaya modern dan tradisional.

Generasi milenial yang terbiasa hidup di kota besar dan metropolitan, terbiasa dengan budaya modern ternyata "tergagap" ketika dikenalkan dengan budaya tradisional yang penuh dengan kearifan lokal dan makna filosoti mendalam. Walaupun diakui budaya lokal untuk memaknai perlu proses, serangkaian ritual yang kental dengan aura mistis.  

Dalam film "Mantan Manten" ini juga mengajarkan makna "ilmu ikhlas", itu benar-benar diaplikasikan dalam kehidupan yang serba materialis. Sangat langka bukan? Di era modern ini yang semuanya diukur dengan "nilai rupiah", untung rugi, ternyata di daerah pedesaan yang jauh dari hiruk pikuk keramaian masih sering ditemukan tentang keikhlasan untuk melakukan apa saja. Termasuk menjalankan profesinya sesuai dengan keahliannya tanpa memungut bayaran serupiah pun. Baginya membahagiakan orang lain lebih utama, walaupun harus berkorban segalanya.

Istilah ikhlas menurut KBBI mempunyai arti "bersih hati", "tulus hati". Jadi orang yang telah mempunyai ilmu ikhlas berarti telah memahami makna hidup di dunia sebagai "kafilah" di dunia. Bukan sekedar mengumpulkan harta benda, tetapi juga amalan batiniah dan jariah untuk bekal ketika misi kekafilahan telah berakhir. Ilmu ikhlas berarti melakukan pengorbanan apa yang dimiliki (termasuk rasa cinta), demi kebahagian orang lain. Hal ini karena sangat menyadari bahwa cinta itu tidak harus memiliki secara ragawi, walaupun sangat menyakitkan.

Termasuk ilmu ikhlas soal rejeki, sangat mempercayai bahwa rejeki itu tidak mungkin tertukar, namun tetap harus dijemput dengan usaha dan doa. Ketika satu pintu rejeki ditutup, yakinlah Alloh SWT akan membukakan banyak pintu rejeki lain, yang datangnya tidak disangka-sangka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun