Gebrakan Dinas Perpustakaan dan Arsip (Dispusip) Kabupaten Bantul patut diapresiasi akan membentuk satgas literasi di tiap dusun dengan anggota 10 orang per dusun, dan menfasilitasi program sedekah buku (KR, 6/12/2018). Apabila ini menjadi kenyataan, saya membayangkan di daerah Bantul tidak ada lagi orang "buta huruf", semuanya sudah "melek huruf". Virus membaca itu akan ditularkan oleh satuan tugas (satgas) yang beranggotakan 10 orang tiap dusun. Apalagi melibatkan generasi milenial yang bersinergi dengan pengurus PKK Dusun dan para relawan yang bersedia untuk berpartisipasi aktif. Namanya juga relawan jadi harus "sedekah" waktu, pikiran, untuk mendukung program dari Dispusip Bantul.Â
Prakarsa dari Dispusip Bantul ini patut mendapat dukungan dari semua warga Bantul untuk menggencarkan gerakan membaca, sehingga nasibnya tidak seperti prakarsa, ide, program, gerakan yang berbasis "proyek", tetapi memberdayakan potensi masyarakat. Artinya kalau basisnya "proyek", begitu tidak ada dana maka program, gerakan itu berhenti/mangkrak. Sebaliknya bila berbasis masyarakat yang mempunyai potensi berhubungan dengan literasi (pustakawan, guru, mahasiswa, pelajar, ibu rumah tangga) didekati, diajak, dirangkul oleh pihak Dispusip, agar dapat berpartisipasi langsung untuk mensukseskan program. Saat ini satgas literasi baru ada di tiga (3) dusun yaitu Bekelan Sumbermulyo, Methuk dan Greges Donotirto, padahal jumlah dusun di Bantul ada 933 dusun. Artinya baru 3,21 persen satgas literasi itu terbentuk, targetnya tahun 2021 sudah menyasar di 933 dusun.
Pembentukan satgas literasi di daerah Bantul yang terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun ini sekaligus sebagai momentum yang bagus bagi Bantul, yang menjadi penopang bahkan pintu gerbang Yogyakarta setelah bandara NYIA (New Yogyakarta International Airport) dioperasikan. Artinya pembangunan infrastuktur tersebut berdampak pada warga Bantul untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui produksi lokal. Salah satu usaha yang dilakukan dengan menambah wawasan dan pengetahuan warga Bantul melalui peningkatan literasi. Maksudnya supaya yang sudah "melek huruf" agar "tidak buta huruf" lagi. Bahwa "buta huruf", sejatinya bukan hanya buta aksara/angka, tetapi juga buta bahasa Indonesia dan buta pengetahuan dasar.
Apabila warga Bantul sudah berliterasi, dapat menggali potensi untuk diberdayakan yang dampaknya dapat meningkatkan kesejahteraannya. Memang diakui untuk mewujudkan semua ini tidak semudah membalik tangan, karena perlu proses dan kerja keras. Jumlah dusun di Bantul itu ada 933 dusun, kalau setiap dusun ada 10 orang yang menjadi anggota satgas, berarti 9.330 orang, diharapkan menjalankan tugas untuk menyebarkan "virus membaca". Mengingat jumlah personil di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan terbatas, maka dapat mengkoordinir relawan yang mempunyai latar belakang ilmu perpustakaan dan informasi untuk membantu percepatan terbentuknya satgas. Tugasnya merintis perpustakaan dan/atau rumah baca di tiap dusun. Mereka sudah mempunyai ilmunya, sehingga dapat diberdayakan demi peningkatan literasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Bantul, Drs. Agus Sulistiyana, MM:"Pembentukan satgas literasi ini sebagai upaya mendongrak minat baca masyarakat d Kabupaten Bantul, dan satgas literasi sebagai pionir, pemerhati dan orang yang memiliki kepekaan terhadap informasi dan jiwa kepustakaan". Apalagi Bupati Bantul Suharsono sangat mendorong berbagai terobosan baru dalam dunia literasi, supaya membaca buku dapat menjadi kebutuhan. Membaca diyakini dapat mencerdaskan seseorang minimum menambah wawasan dan pengetahuan, sehingga tidak mudah terhasut oleh informasi hoaks, dapat memilih dan memilah informasi mana yang memberi manfaat dan merugikan. Masyarakat Bantul yang semakin cerdas, diharapkan tidak menjadi korban gelombang "tsunami informasi".
Di Bantul sudah ada perpustakaan desa yang kondisinya "mati suri", maka satgas literasi berkewajiban untuk membangunkan dari mati suri. Agar tidak terjadi tumpang tindih kebijakan maka "pojok baca", "taman bacaan", dapat dilebur menjadi perpustakaan dusun yang ditangani oleh satgas literasi. Selain itu ada perpustakaan Swadaya Mitra Tema (dikelola pak Sumanto) yang berlokasi di Demen RT 04 Jati Sriharjo Imogiri Bantul , sudah ada lama berdiri perlu dikembangkan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan. Perlu juga dirintis untuk menggandeng para pustakawan (orang yang mempunyai kompetensi kepustakawanan) yang berdomisili di Kabupaten Bantul untuk berpartisipasi aktif dalam satgas literasi minimum di lingkungannya. Disinilah peran Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) Daerah Bantul mempunyai kesempatan untuk menjadi relawan baik dalam satgas literasi maupun sedekah buku.
Yogyakarta, 6 Desember 2018 Pukul 22.25
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H