Kehidupan ini bagaikan roda yang terus berputar, suatu saat berada diatas dengan jalan yang halus beraspal, lebar, terang, yang membuat rasa aman dan nyaman.Â
Saat yang lain pernah mengalami posisi di bawah dengan segala resiko yang serba tidak mengenakkan karena ketemu jalan becek, berlumpur, berbatu, comberan bahkan kotoran.Â
Roda yang berputar pada porosnya ini seperti kehidupan manusia bisa dibawah, dan saat lain berada diatas. Kalau dianalogikan dengan kehidupan seseorang, ketika berada di posisi atas, terpaan angin semakin tinggi semakin kencang, akibatnya mudah tumbang kalau akarnya tidak kuat.Â
Sebaliknya ketika posisi di bawah, kondisi lingkungan sosialnya yang mengembleng untuk memperkokoh posisinya.
Kehidupan ini memang penuh misteri, siapa sangka yang dulunya pengamen di bus, pasar, idari rumah ke rumah ternyata dapat menjadi penyanyi terkenal. Dari asisten rumah tangga menjadi juragan, Â tidak pernah ada yang memperkirakan, walaupun tindakan yang dilakukan termasuk "nekad", tidak sesuai dengan nalar sehat.Â
Semuanya cepat berubah seperti gerakan roda yang berputar, sehingga jangan pernah "menyelepekan" orang lain, apapun profesinya, darimanapun kelas sosialnya, kalau Alloh SWT sudah mengijinkan semua bisa terjadi, yang tidak mungkin menjadi mungkin.Â
Jagalah hati dan tutur kata kepada setiap orang disekeliling kita, jangan pernah menyakiti apalagi membuat terluka karena doa orang yang "terdzolimi" langsung sampai langit ke tujuh, didengar dan dikabulkan Alloh SWT.
Masalah roda kehidupan, kalau diamati seseorang lebih tahan banting ketika fasilitas yang dimilki serba pas-pasan, sehingga mensikapinya dengan sabar, tawakal, berdoa dan berusaha agar dapat memutus rantai kemiskinan.Â
Hasilnya terbukti anak tukang becak, tukang cuci, buruh pabrik, buruh tani, penjual gorengan, dan lain-lain dapat mengenyam kuliah di PTN negeri bergengsi, bahkan di luar negeri karena mendapat beasiswa "bidikmisi".Â
Selama 8 smester (4 tahun) gratis Uang Kuliah tunggal (UKT), bahkan mendapat biaya hidup setiap bulan sebesar Rp 650.000 per bulan, asal indeks prestasinya bertahan minimum 3.0.Â
Untuk mengetahui kisah inspiratif kegigihan perjuangan penerima beasiswa bidikmisi dapat dibaca dari buku berjudul:"Toga di Tepi Jendela", Penulis Iis Casmiati, dkk, Penerbit: Dompet Dhuafa (2012) jumlah halaman 308, soft cover.Â