Mohon tunggu...
Sri Rumani
Sri Rumani Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan

Rakyat kecil, bukan siapa-siapa dan tidak memiliki apa-apa kecuali Alloh SWT yang sedang berjalan dalam "kesenyapan" untuk mendapatkan pengakuan "profesinya". Sayang ketika mendekati tujuan dihadang dan diusir secara terorganisir, terstruktur, dan konstitusional... Email:srirumani@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jalan Panjang Menuju Perguruan Tinggi Berkelas Dunia

6 November 2018   19:18 Diperbarui: 6 November 2018   21:42 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kendala-kendal untuk menuju perguruan tinggi berkelas dunia ini tanpa disadari oleh para pemimpin di negeri ini. Bahwa konsep yang baik setelah diterapkan di lapangan sering menghadapi benturan-benturan birokrasi yang memang dalam pola pikir para birokrat belum tersentuh "reformasi birokrasi", untuk memberi kemudahan pelayanan.

Sering dengan enteng membuat alibi agar terhindar dari sanksi dengan mengatakan:"saya orang baru pindahan dari departemen lain", sungguhini ucapan yang menunjukkan ke tidak profesionalisme dalam dalam bekerja, dan tidak segera melakukan perubahan. Tidak heran kalau seorang Kompasianer pernah menyeletuk:"berurusan dengan Dikti harus mempunyai kesabaran tingkat dewa".

 Rupanya untuk menuju perguruan tinggi bertaraf dunia, perlu jalan panjang walau pun tidak terjal, karena masih ada pola pikir yang belum bisa berubah. Padahal menurut  John F. Kennedy:"Perubahan adalah hukum kehidupan, dan mereka yang hanya melihat ke masa lalu atau masa kini, pasti akan kehilangan masa depan". Kompas, 20/10/2018.

Artinya menuju perguruan tinggi ke arah "kesejagatan", perlu ada semangat bersama, pola pikir yang bersinergi, berkolaborasi  bukan hanya di lingkungan para pimpinan level atas, tetapi perlu sampai pelaksana pada level paling bawah.

Kondisi ini harus diciptakan bukan malah yang sudah berinovasi, melakukan terobosan dan mempunyai prestasi  tidak diapresiasi, tetapi  di"singkirkan" karena "keegoan" segelintir, sekelompok orang yang merasa terganggu karena tidak mempunyai prestasi  untuk menyamainya. Sungguh ironis bukan ?.

Yogyakarta, 6 Nopember 2018 Pukul 19.15

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun